Momen Peresmian Patung Bung Karno Penggali Pancasila di Oemah Petroek Yogyakarta, Megawati : Mari Bernegara dengan Rasa

by -887 views

Yogyakarta – Rumah Boedaya Oemah Petruk yang terletak di karang kletak Hargo Binangun Pakem Sleman, pada Rabu 23 Agustus 2023 melakukan peresmian Patung Sukarno Penggali Pancasila karya seniman Dunadi, dengan mengundang para budayawan serta tokoh bangsa.

Dalam acara yang diselenggarakan di Rumah Budaya yang dimiliki oleh Budayawan Romo Sindhunata tersebut, hadir Antara lain Presiden ke-5 Indonesia, Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sekaligus putri sang Proklamator, Megawati Soekarno Putri, kemudian Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo dan aktor serta budayawan Butet Kartaredjasa.

Acara yang dibawakan oleh Totok Hedisantosa itu dibuka dengan doa yang dibawakan Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo yang mendoakan agar bangsa ini dapat mengikuti jejak dan teladan sang Putra Fajar Soekarno dalam bertindak dan bertingkah laku sesuai Pancasila. Serta dapat jujur dan tidak mengkhianati sejarah.

Benny berdoa agar sejarah selalu dapat dipahami lurus secara benar dan tidak diobrak-abrik oleh kepentingan dan keinginan berkuasa.

Selanjutnya, setelah doa dan berkumandangnya lagu Indonesia Raya, Totok Hedi Santosa sebagai pembawa acara menyatakan pengagasan patung ini oleh Budayawan Sindhunata dan dirinya dilatarbelakangi dengan kecintaan Bung Karno pada literatur dan budaya.

“Sehingga sudah sepantasnyalah monumen sang Penggali Pancasila yang amat mencintai literatur dan budaya juga bersemayam di rumah kebudayaan ini sebagai bukti bahwa Pancasila yang nilai-nilainya digali oleh bung Karno tidak hanya sekedar ide namun benar-benar berasal dari budaya luhur bangsa Indonesia.” tandasnya.

Dalam kesempatan selanjutnya tuan rumah acara Budayawan Romo Sindhunata menerangkan tentang filosofi dari patung Soekarno yang secara lengkap disebut sebagai “Soekarno di Oemah Petroek, Soekarno sebagai Penggali Nilai-Nilai Pancasila” ini, tangan kanan Soekarno yang telunjuknya menunjuk kuat pada Bendera Merah Putih mengartikan Bahwa sang Proklamator berkomitmen kuat untuk senantiasa menjaga agar Merah Putih terus berkibar dan Negara Republik Indonesia tetap kuat dan bersatu.

“Jari telunjuk ini sekaligus tantangan kepada seluruh masyarakat di negara ini, maukah mereka juga mengambil bagian dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, maukah mereka menjadikan persatuan Indonesia sebagai tujuan semata-mata berkehidupan sebagai bangsa Indonesia, bukan hanya untuk menjaga kepentingan segelintir pihak dan golongan.” tegas dia.

Untuk selanjutnya, ia menjelaskan tangan kiri Bung Karno yang membawa buku-buku menunjukkan kecintaan beliau pada literasi dan Ilmu, dan bagaimana literasi dan ilmu merupakan modal dalam menjaga bangsa.

“Bung Karno yang selalu haus akan ilmu, selalu memperbaharui dirinya dengan pengetahuan pengetahuan yang membuatnya tahu konsep apa yang terbaik bagi bangsa ini, perbaharuan diri yang terus-menerus juga membuatnya peka akan kebutuhan bangsa ini khususnya mereka yang lemah dan terpinggirkan.” bebernya.

Ia berharap filosofi pendirian Patung Proklamator di Desa yang relatif sepi dan terpencil ini juga sebagai tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat terus berbagi dan membangun negeri sehingga tidak ada lagi mereka mereka yang teracuhkan oleh peradaban dan terabaikan pembangunan.

Selanjutnya, Romo Sindhunata menyatakan bahwa diantara patung tersebut disebarkan batu-batu yang berasal dari gunung merapi bertuliskan 5 sila Pancasila, dengan harapan Pancasila akan selalu kokoh dan abadi seperti merapi dalam menjadi falsafah hidup Bangsa Patung Bung Karno tersebut juga didirikan di atas Batu besar yang diambil dari aliran lahar gunung merapi yang ada di Kali Boyong. Batu Raksasa tersebut dapat diambil dan dibawa ke Rumah Budaya Oemah Petruk dengan susah payah, namun terbayar dengan berdirinya patung megah Proklamator Indonesia Soekarno.

“Ini membuktikan bahwa hanya dengan persatuan kesatuan dan perjuangan bersama melalui Pancasila lah kita dapat meraih tujuan bangsa dan negara.” tandas Romo Sindhunata.

Dalam kesempatan berikutnya, Presiden ke-5Indonesia Sekaligus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Megawati Soekarnoputri dalam sambutannya menyatakan bahwa Pancasila bukan sekedar falsafah hidup, dasar negara atau ideologi.

“Pancasila adalah rasa, rasa asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Rasa yang terejawantahkan dalam segala aspek hidup, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia.” tegas Megawati.

Sebagai anak dari seniman, Megawati menyatakan dari kecil dia mempelajari tentang rasa dan keindahan, rasa itu juga berarti bisa berempati dengan keberadaan mereka yang kurang beruntung, masyarakat Indonesia terutama pada pemimpin harus mampu mengetahui dan merasakan kondisi rakyat.

“Para pemimpin harus memiliki empati karena suara rakyat merupakan simphoni bermakna tinggi. Bangsa Indonesia harus mampu menjadi anak-anak ideologis Bung Karno dengan selalu menjalankan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang hidup melalui Pancasila.” ungkapnya.

Dengan hadirnya tokoh-tokoh budayawan seperti Sindhunata, Butet kartaredjasa dan Romo Benny dalam perhelatan ini sesungguhnya menjelaskan aneka sudut dan aspek kehidupan Sukarno yang bukan hanya politisi tetapi juga seniman dan budayawan. Hal tersebut kemudian diwariskan kepada anak-anaknya yang tidak hanya mengenal berbagai seni dan kebudayaan namun juga memiliki rasa, empati dan kepedulian yang tinggi kepada sekitarnya.

Dan untuk dapat lebih berbudaya, berseni dan memiliki rasa dan kadar keempatian yang tinggi maka kata Megawati, diperlukan banyak tempat seperti rumah Budaya Oemah Petruk untuk bertemu, berdialektika, berbudaya dan berkesenian agar rasa dan getaran di dalam hati khususnya terkait dengan nilai-nilai yang terangkum dalam Pancasila tetap hadir dalam setiap aspek kehidupan.

“Tidak semata-mata hanya teori saja namun juga benar-benar meresap ke dalam jiwa pada setiap masing masing rakyat Indonesia.” ujar dia.

Megawati mengajak kita semua harus mengambil peranan dan menjalankannya dengan penuh rasa, tanpa takut tanpa ragu seperti ibu Fatmawati yang menjahit bendera pusaka dengan keyakinan bahwa kita akan merdeka.

“Dengan rasa dan nilai nilai Pancasila kita tidak hanya dapat sekedar menyelesaikan tugas, namun juga bisa menyelesaikan tugas dengan baik, indah dan bermanfaat.” kata dia.

Dengan rasa yang sama, tambah Megawati, kita harus senantiasa mengembangkan rasa kecintaan terhadap negara dan janganlah atas kecintaan kita terhadap tokoh, golongan dan kelompok tertentu mengorbankan persatuan dan kesatuan di negeri ini.

“Masyarakat, khususnya media harus dapat mengevaluasi diri agar tidak menjadi agen perpecahan namun dengan rasa cinta pada tanah air senantiasa dapat merawat persatuan dan kesatuan, dengan bergerak sesuai dengan kode etik jurnalistik. Bukan semata-mata agar terdengar booming dan bombastis, kita semua harus kembali pada Pancasila yang mengajarkan agar kita saling menghormati dan saling menjaga rasa demi persatuan dan kesatuan negara ini.” tegas Megawati.

Dalam kesempatan terakhir, Megawati menyatakan bahwa pemimpin yang hebat tercipta dari keadaan yang kurang dan terbatas. Mereka tumbuh dari kondisi yang kacau dan kurang menguntungkan hingga harus bekerja keras untuk mencapai posisinya.

“Karena itu hendaklah kita semua dapat keluar dari zona nyaman, agar seluruh manusia Indonesia dapat hidup bernegara dengan rasa hingga benar-benar tercipta manusia dan pemimpin yang berkualitas.” tutup Megawati pada acara yang juga mengetengahkan penampilan beberapa kesenian tari dan penyerahan cinderamata berupa foto dan lukisan kepada Ketua Dewan Pengarah BPIP tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *