Cari Gubernur Sama Seperti Cari Sopir, Kalau Baru Belum Pengalaman ya Nyasar Bos

by -2,274,874 views

Jakarta – Jelang pencoblosan putaran 2 Pilkada DKI pemilihan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur yang tinggal menghitung hari lagi, Jamaah Pengajian Pendukung Ahok-Djarot (Jampe2aja) kembali menyasar ke basis-basis pendukung Agus-Sylvi di wilayah Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

Dalam kesempatan di pengajian blusukan yang kesekian kalinya ini, Ketua Forum Komunikasi Ulama dan Masyarakat (Forkum) Gus Sholeh Mz mengingatkan kepada para jamaahnya untuk jeli dalam mencari pemimpin yang bakal memimpin Ibukota ini. Dia mengibaratkan pelayan masyarakat ini adalah sopir atau nahkoda yang siap menghantarkan penumpangnya sesuai arah dan tujuan. Jadi dia berpesan agar carilah sopir yang sudah paten dan sudah mengerti jalan.

“Jangan cari sopir yang baru, nanti nyasar-nyasar. Nanti kalau Gubernur baru nggak tahu juga jalanan. Jadi kita cari sopir itu yang sudah paten sudah mengerti. Kalau sopir saya yang lama, jalan sampai lubang semut juga tahu,” kata Gus Sholeh Mz saat memberikan tausiyahnya dihadapan ratusan jamaah majelis taklim Kebayoran Lama, Jaksel, Minggu (9/4).

Gus Sholeh kembali mengingatkan untuk Jakarta jangan dibuat main-main. Selain itu, kata dia, kultur Islam ahlisunnah waljamaah juga perlu dijaga bukan Islam garis keras alias radikal yang mengganggap dirinya benar. Jakarta ini miniatur, barometer Indonesia. Wajib hukumnya Jakarta dipegang oleh ahlisunnah waljamaah.

“Kalau mau pemimpin muslim ya Djarot pilihannya. Satu-satunya yang sudah Haji pula,” kata Gus Sholeh.

Gus Sholeh berharap agar Jakarta jangan sampai seperti Suriah, Yaman dan wilayah konflik lain karena menganggap benar sendiri. Sebab Islam di Indonesia dikenal Islam Nusantara yang damai tidak rusuh apalagi mencaci maki. Ingat, kata dia, bahwa Rasullulah diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia. Karena itu, sebagai umat Islam, ujar dia, Jampe2aja harus senantiasa mengikuti akhlak yang diajarkan oleh Rasullulah, salah satunya adalah memaafkan orang yang sudah berbuat zalim.

“Djarot sudah pernah mencontohkan akhlak yang diajarkan Rasullulah saat dirinya coba diusir saat datang ke Masjid At-Tin.
Yang harus kita sadari, Rasullulah diutus untuk menyempurnakan akhlak. Islam intinya kemanusian, tidak menghina orang lain. Kalau mengaku Islam, lihat bagaimana akhlaknya. Kita harus maafkan orang yang menzalimi kita. Pak Djarot pernah diusir di salah satu masjid, pas saya tanya bagaimana dia diusir, dia bilang saya sudah maafkan. Itu akhlak Rasullulah,” bebernya.

Merdeka Bukan Kebablasan Harus Saling Menghormati

Sesepuh warga Jl. Iskandar Muda Kebayoran Lama Saanih mengaku antusias dan mengapresiasi adanya pengajian kebangsaan kali ini. Dan dia menekankan bahwa ditengah-tengah kondisi dewasa ini perlu mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin.

“Para pejuang dan pahlawan rela berkorban demi memperebutkan Jakarta disaat era penjajahan. Jadi sekarang kita hanya bisa menikmatinya saja, tapi saya sedihnya bukan main kalau ingat zaman dulu, ada orang yang mau merongrong. Namun sudah terasa terobati, karena saya terharu mendengar lagu Indonesia Raya masih dikumandangkan saat pengajian kebangsaan,” ujar Saanih.

Kata dia, ingat bahwa merdeka bukan berarti harus bebas dan kebablasan di era demokrasi ini, mari saling menghormati. Sebab, Indonesia adalah negara Republik berdasarkan Pancasila. Dia menegaskan bahwa tidak ada ruang bagi kelompok yang ingin menggantikan Republik Indonesia.

“Saya mengalami zaman suka dan duka. Jangan lupa tanggal 19 April mengajak bersama-sama mensukseskan Basuki Djarot. Sebagai penerus bangsa jangan takut, jangan kena pengaruh black campaign, mari jaga persatuan bangsa Indonesia.

Cinta Tanah Air Sebagaian dari Iman

Ustadz Lora Rosyidi mengatakan bahwa ‘hubbul wathan minal iman’ (cinta tanah air sebagian dari iman). “Masih cinta tanah air? Masih cinta bangsa Indonesia? Andai cinta kita sudah habis maka tinggal tunggu saja datangnya kehancuran,” kata dia.

Kata dia, tidak dipungkiri bahwa Indonesia dalam menghadapi bahaya, dan berpotensi akan di Syuriahkan. Maka itu, kata dia, menjadi wajib untuk mempertahankan Pancasila dan UUD 45, dan NKRI harga mati.

“Mari kita jaga kerukunan umat beragama, wajib kita bertoleransi dan menghormati. Suku, budaya, di Indonesia sangat beraneka ragam, itu ciri Indonesia. Jadi haruslah kita pertahankan, jangan beri ruang bagi orang yang akan menjadikan Indonesia negara khilafah,” bebernya.

Tidak Mungkin Beribadah Tanpa Tanah Air, Jadi Cintai Indonesia

Ustadz Lora Rosyidi mengemukakan bahwa dalam dinamika kehiduban berbangsa dan beragama, masyarakat Indonesia menghadapi satu perkembangan penting. Salah satunya, konflik antara negara dengan agama.

“Konflik negara-agama itu dirumuskan KH Hasyim Asyari (Pendiri NU) dengan konsep Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan dalam satu agama), Ukhuwah Basyariah (persaudaraan dalam satu bangsa), dan Ukhuwah Wathoniyah (persaudaraan dalam satu negara),” katanya.

Bahkan, katanya, Ukhuwah Wathoniyah mungkin lebih utama daripada lainnya. “Itu karena kita lahir, bertindak, bekerja, dan beribadah di atas Tanah Air ini. Tidak mungkin kita bisa beribadah kalau kita tidak memiliki Tanah Air, Jadi Cintai Negaramu yaitu Indonesia, jangan kamu rusak,” ujarnya.

Oleh karena itu, ajaran Islam yang dikembangkan para ulama yakni Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) itu kini menjadi perhatian dunia. Mari saling menghargai kebhinnekaan bangsa Indonesia, karena hal itu menyebabkan terjadinya titik temu antara agama dan negara, sehingga kehidupan masyarakat menjadi aman dan nyaman yang akhirnya masyarakat bisa sejahtera.

“Mau hidup didaerah konflik yang tiap hari perang, mau ibadah sulit, cari makan sulit, mau main sulit, sekolah sulit. Yang terjadi di Syuriah saat ini demikian, ada ikut campur negara lain, Indonesia bisa saja berpotensi demikian. Contoh yang terjadi saat ini sudah mulai ada benih-benih kebencian muncul,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *