Waspada Propaganda Khilafah Eks HTI Ganggu Pancasila

by -3,951,941 views

Jakarta, MediaSiber.com – Salah satu persoalan bangsa Indonesia yang masih menjadi perhatian banyak kalangan adalah upaya infiltrasi ideologi trans-nasional yakni Khilafah Islamiyah di tengah-tengah negara Pancasila.

Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Pelaksana tugas (Plt) Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr.phil. Sahiron Syamsuddin. Ia mengatakan bahwa di Indonesia, ada kelompok orang yang ingin sekali menendang Pancasila dan menggantinya dengan ideologi yang mereka bawa dari Palestina itu.

“Ada dua tantangan yang kita hadapi terkait NKRI dan Pancasila. (Yakni) ada sekelompok orang dari bangsa Indonesia yang ingin mengganti ideologi pancasila menjadi ideologi lain,” kata Sahiron dalam Webinar Nasional Dengan Tema ‘Menangkal Propaganda Eks HTI Dalam Negeri Pancasila’, Munggu (21/6/2020).

Namun ia menyebut bahwa apa yang dipikirkan oleh kelompok pro Khilafah Islamiyah tidak serta merta menjadi pemahaman yang diikuti oleh para Umat Islam di Indonesia, sekalipun kedok yang dibawa mereka adalah label Islam.

“Tapi kita tidak perlu panik karena lebih banyak umat Islam yang sepakat kepada pancasila,” ujarnya.

Salah satu perspektif mengapa banyak umat Islam di Indonesia tidak sepakat dengan ideologi yang dibawa kelompok pro Khilafah adalah, Islam sendiri tidak mengkultuskan sebuah ideologi tertentu dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, yang notabane majemuk dan universal.

Namun Islam sendiri memberikan patokan yang tidak boleh dilanggar, adalah menjalankan nilai-nilai kebaikan di dalam Ideologi yang dianut, termasuk Pancasila.

“Dalam Alqur’an dijelaskan, kita boleh-boleh saja membuat ideologi selain Islam. Karena dalam Al-Qur’an sering mengatakan kata ma’ruf. Relasi antar sesama manusia itu adalah ma’ruf. Ma’ruf adalah nilai-nilai yang dipandang baik oleh masyarakat,” jelasnya.

Hal senada juga diutarakan oleh Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sulawesi Tenggara, KH. Muslim. Ia menyebut bahwa Pancasila adalah ideologi yang didasari oleh pemikiran-pemikiran mulia para pendiri bangsa, termasuk di dalamnya ada peran para ulama.

“Pancasila adalah yang menjadi dasar negara, selain itu sebagai karunia Allah ini juga sebagai keberuntungan rakyat Indonesia,” kata Kiai Muslim.

Bahkan untuk mendirikan Indonesia, pendiri NU yakni Almukarrom Syeikh KH Hasyim Asyari pun melakukan munajad yang panjang kepada Ilahi untuk mendapatkan petunjuk terbaik. Dan petunjuk itu kemudian terimplementasi dalam kesepakatan bahwa Pancasila menjadi falsafah dan ideologi bangsa Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

“KH. Hasyim Asyari sampai melakukan banyak penghambaan kepada Allah untuk meminta petunjuk kepada Allah agar Pancasila dijadikan sebagai dasar negara. Untuk itulah disepakati Pancasila sebagai dasar negara,” terangnya.

Ia memberikan tips yang jitu bagaimana cara menangkal paham trans-nasional Khilafah Islamiyah yang selama ini digaungkan oleh para pengikut pandangan politik Hizbut Tahrir.

“Kalau kita mengatakan menangkal propaganda, (ada) dua yang harus kita miliki yaitu komitmen keagamaan dan komitmen kebangsaan. Seperti Muhammadiyah yang menyatakan NKRI adalah final,” ujarnya.

“Kalau kemudian sekarang lahir kelompok yang ingin mengganti ideologi yaitu kelompok yang ingin memiliki kepentingan kelompoknya sendiri, dan inilah yang akan menjadi lawan dari negara. Dan kita ketahui agama dan negara jangan pernah dibenturkan,” pungkasnya.

Selanjutnya, CEO Alvara Research Centre, Hasanuddin Ali menegaskan, bahwa Pancasila adalah hasil karya para pendiri bangsa yang berjuang memerdekaan Indonesia.

“Pancasila adalah kesepakatan bersama,” kata Hasanuddin.

Mengapa Pancasila menjadi pilihan falsafah dan ideologi bangsa, lantaran Indonesia adalah negara yang sangat majemuk dan universal. Sehingga perlu adanya sebuah alat untuk bisa menyatukan keanekaragaman itu menjadi satu yang utuh dan bisa hidup berdampingan dengan damai.

“Legitimasi social mengatakan, bahwa kita itu sebagai sebuah bangsa memang dianugrahkan dengan tingkat keragaman yang luar biasa baik dari sisi etnik, dari sisi agama, dari sisi bahasa , dari sisi geografis kepulauan. Bagaimana bisa kalau ini dipaksakan menjadi satu berbasis agama dan agama yang lain,” ujarnya.

Atas dasar keanekaragaman itulah, Hasanuddin menyebut bahwa Pancasila adalah jalan tengah, di mana seluruh kepentingan seluruh kelompok bisa diakomodir di dalamnya.

“Pancasila itu menjadi titik tengah bagi semua yang ada kepentingan di Indonesia, dan itu sudah menjadi keputusan yang paling ideal,” tuturnya.

Selanjutanya, Hasanuddin menyampaikan bahwa Pancasila sudah terlegitimasi sejak 1945 di mana Indonesia merdeka. Pun demikian, Pancasila tidak saat ini saja menghadapi ancaman lain.

“Kita pernah mengalami cobaan bahwa beberapa organisasi atau beberapa orang ini muncul sejak tahun 48, 55 tahun 65 dan seterusnya ketika mereka ingin merubah dasar negara kita, tapi mereka tidak berhasil,” terangnya.

Kegagalan itu dikatakan Hasanuddin dipicu karena Pancasila adalah sebuah kekuatan yang besar yang dijaga oleh seluruh elemen bangsa Indonesia yang tahu sejarah. Makanya, sulit bagi ideologi lain untuk menggeser Pancasila dari Indonesia.

“Kekuatan pancasila itu sangat kuat bagi kita,” pungkasnya.

HTI dan Khilafahnya Tertolak

Hal senada juga diutarakan oleh Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) periode 2013-2015, Abdul Aziz Udin.

Ia mengatakan bahwa Hizbut Tahrir dan ideologinya yakni Khilafah Islamiyah bukan ditolak, tapi tertolak.

“Di Timur Tengah yang namanya demokrasi itu mereka relatif. Tetapi di negara-negara yang aturan hukumnya sangat ketat dan tidak berbasis demokrasi jangan harap HTI itu bisa berkembang. Di Arab Saudi yang berdasarkan kerajaan, HTI termasuk organisasi yang tertolak,” kata Aziz.

Ia juga menyampaikan bahwa Hizbut Tahrir sebagai kelompok pembawa ideologi Khilafah Islamiyah cukup lihai di dalam melakukan propaganda. Dengan berkedok di balik nama besar Islam, ia melakukan cara-cara halus dan seolah playing victim ketika ada penolakan dari banyak kalangan, seolah mereka terdzolimi dan orang-orang yang anti mereka sebagai kelompok anti Islam.

Namun apapun itu, Ketua Kaukus Muda Sulawesi Selatan periode 2019 – 2021 itu menilai bahwa tantangan besarnya adalah bagaimana memberikan pemahaman bahwa ada ideologi trans-nasional yang mengancam Pancasila.

“Kita harus lebih mengutamakan kepada garis perjuangan dengan menentang ideologinya bukan organisasinya. Karena HTI itu sudah dibubarkan tapi orang-orangnya masih memperjuangkan ideologinya,” tutur Aziz.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *