Sesalkan Aksi Terorisme, Eks.Napiter Bom Solo Himbau Kaum Millenial Pandai Memilih Informasi di Media Sosial

by -2,951,513 views

Agus alias Choirul Ihwan merupakan Pria kelahiran Madiun, 20 Mei 1981, anak seorang petugas pencatatan pernikahan sipil, dan ibunya aktif di organisasi kewanitaan Nahdlatul Ulama (NU). Agus masuk dalam kegiatan terorisme ini tanpa diketahui keluarga,” ujarnya

Choirul Ikhwan, menyampaikan bahwa tidak ada keluarga yang terbebas dari potensi tersusupi radikalisme. Penguatan paham kebangsaan dan penanaman pentingnya makna berkeluarga disebutnya sebagai penangkal. Dia menyebut tidak ada jaminan sebuah keluarga yang berpandangan moderat sekalipun bisa terbebas dari potensi radikalisme.“Contohnya saya sendiri. Keluarga saya, ayah dan ibu saya mendidik kami anak-anaknya dengan pemikiran yang sangat moderat, tapi saya tersesat ke dalam radikalisme,” kata Khairul

Proses ketertarikannya terhadap kelompok ekstrim cukup lama, sekitar 10 tahun, Khoirul menceritakan, sejak remaja aktif di organisasi keagamaan, kepartaian, dan lingkungan. yaitu Bergabung dengan partai Islam (1998), Bergabung dengan HTI(2000), Bergabung degan MMI (2001), Dari kegiatan berkumpul itu, dia mulai menyerap pemikiran-pemikiran intoleran dan semakin menjadi tatkala tergabung dalam Jamaah Taliban Melayu pada tahun 2008 yang berafiliasi dengan Taliban di Afganistan, Agus dibai’at dan bergabung dengan kelompok tersebut lewat internet, Generasi saya ini adalah generasi pertama perekrutan kelompok ekstrem melalui media sosial, sehingga saat ini kita harus pandai dalam memilih informasi yang kita dapat dari media sosial. “Himbau Choirul.

kemudian tahun 2009, ke Aceh mengikuti kegiatan pelatihan terorisme secara tersembunyi. Ironisnya, sebelum berangkat, dia harus berdebat dengan keluarganya, karena keluarganya tidak setuju rencananya tersebut. Bahkan, dia sampai berani mengkafirkan seluruh anggota keluarga yang tak sepandangan dengannya. Dari Aceh, dia ke Sulawesi Barat dan berkumpul dengan rekan-rekan sepemahamannya di Mamuju. Kemudian, dia balik ke Pulau Jawa dan mulai terlibat di aksi-aksi terorisme, seperti pengeboman gereja di Solo, dan Polres Cirebon serta membuat bengkel perakitan senjata di Jakarta pada tahun 2012. “ Akui Choirul.

Aksinya terhenti saat gagal melakukan pengeboman Kedutaan Besar Myanmar. Penyebabnya, detonator bom yang Dia buat tidak berfungsi dengan benar. Hingga akhirnya Khoirul ditangkap Datasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri di percetakan Andescre, Jalan Mayor Hasibuan 12, Bekasi pada tanggal 20 Agustus 2013, silam. Dalam persidangan, Choirul divonis hukuman penjara 4 tahun dari tuntutan selama 5 tahun.”Ujarnya

Khairul bersyukur pada akhirnya tertangkap dan menjalani pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan. Menurutnya, dalam proses pembinaan itulah dia menemukan apa yang selama ini diyakininya adalah sebuah kesalahan. firasat tentang meninggalnya ibu sebagai titik balik keyakinan “Saya ingat bagaimana ayah saya menafkahi keluarganya, bagaimana ibu mendidik saya, sampai akhirnya saya putuskan saya harus kembali ke kebaikan dan menyesali semua aksi terorisme yang pernah dilakukan,” ungkapnya.

Pemahaman maupun idiologi keras ke arah radikalisme dapat menjadi dasar seseorang melakukan aksi terorisme. Ia juga berharap pihak terkait terus konsisten dalam melakukan pencegahan terhadap penyebaran paham maupun idiologi yang mengarah ke tindakan radikalisme, baik melalui pendekatan ataupun pengawasan terhadap masyarakat yang sudah mulai terpapar radikalisme. Ia juga menyebutkan, beberapa eks Napiter kasus Terorisme sudah kembali ke masyarakat dan hidup Normal dengan kembali melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti membuka bengkel dan wirausaha, seperti Choirul yang saat ini tengah mencoba usaha mebel, “Ungkapnya

Saat ini Choirul berkomitmen tidak akan lagi terkontaminasi, apalagi sampai ikut-ikutan dalam kegiatan yang bersifat radikalisme dan terorisme. ”Kami juga akan membantu pihak aparat keamanan untuk selalu menjaga situasi kamtibmas diwilayah Madiun Jawa Timur agar tetap kondusif dan mengajak para mantan Napiter untuk kembali menjadi warga yang baik dan hidup normal, tidak kembali bergabung ataupun melakukan kegiatan aksi terorisme yang dapat mengganggu situasi Kamtibmas serta merugikan diri sendiri dan orang lain,” Pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *