Bekasi – Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta angkat bicara terkait teror pelemparan molotov ke Pos Lantas Jatiwarna Bekasi yang pelakunya kedapatan membawa poster “Wadas Melawan!”.
“Ini harus diobservasi apa motifnya, apakah ada jaringannya, apakah terencana, siapa targetnya dll,” tegas Stanislaus Riyanta disela-sela diskusi Webinar bertema “Menilik Radikalisme dan Menakar Kebebasan Berekspresi di Ruang Publik” yang diselenggarakan oleh Pemuda Moeslim Jayakarta via ZOOM, Rabu (16/2/2022).
Untuk diketahui, dari foto-foto barang bukti berupa poster berisi seruan perlawanan dari konflik yang terjadi di Wadas.
“STOP PERUSAKAN ALAM ATAS NAMA PEMBANGUNAN dan STOP KEKERASAN APARAT. #WADASMELAWAN #WADASMEMANGGIL,” bunyi poster seperti dilihat, Rabu (16/2/2022).
Misal, lanjut Stanislaus, aksinya menggunakan bom molotov dan ada yang mengkaitkan dengan kelompok teror. Dan bisa saja pelaku beraksi karena memanfaatkan isu populis yang akhirnya mendorong kebenciannya terhadap pemerintah/Polisi.
“Terencana atau tidak harus diselediki. Terkait viral tagar wadas melawan karena memang isu tersebut cukup populis, dan banyak pihak yang mengkapitalisasi,” ujarnya.
Dia berpesan agar semua pihak menahan diri, dan membiarkan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang memimpin penyelesaian kasus Wadas, dimediasi oleh Komnas HAM.
“Terlalu banyak pihak yang ikut campur tangan bisa memperkeruh situasi,” kata dia.
Terkait kerapnya Kantor Polisi dijadikan sasaran kelompok Teror, Stanislaus berpendapat bahwa Kantor maupun Pos Polisi merupakan simbol perlawanan terhadap pemerintah. “Karena Polisi berada di garis depan ketika terjadi situasi yang berpotensi menjadi konflik,” pungkasnya.