Kupas Strategi Penanaman Nilai Pancasila di Kurikulum Merdeka, BPIP : Pentingnya Pembumian yang Nyata

by -843,341 views

Jakarta – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila melalui Direktorat Pengkajian Implementasi Pembinaan Ideologi Pancasila menyelenggarakan Sarasehan Guru Pendidikan Pancasila dengan tema Strategi Penanaman Nilai Pancasila dalam Kurikulum Merdeka. Agenda ini diselenggarakan pada Minggu, 25 November 2022 di Ruang Grand Sabang Hotel Mercure Sabang Jakarta Pusat.

Agenda ini merupakan rangkaian dari kegiatan pembuatan video Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) yang sesuai dengan standar materi PIP, dimana sebelumnya telah dibuat video audio visual PIP sebagai bahan ajar Paud Hingga SMA. Karenanya perlu didapatkan tindak lanjut dan review dari pihak yang berkepentingan yaitu para guru PPKn yang diwakili oleh Asosiasi Guru PPKn Indonesia.

Acara ini antara lain menghadirkan Narasumber Bapak Ngatawi Al Zastrow yang merupakan Budayawan, Samuel Wattimena selaku Staff Khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Istiyani selaku dosen Binus University, Taufik Rahzen selaku Budayawan, serta Antonius Benny Susetyo sebagai Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.

Dalam pembukaan, Direktur Pengkajian Implementasi Pembinaan Ideologi Pancasila, Ibu Irene Camelyn Sinaga, AP., M.Pd. menyatakan terimakasih atas kehadiran guru PPkn melalui Asosiasi Guru Ppkn Indonesia yang mencakup 34 Provinsi. Dalam kesempatan ini disampaikan bahwa proses pembuatan buku referensi pendidikan Ideologi pancasila sedang dalam tahap pembahasan bersama BPIP dan kemendikbud. Disampaikan juga bahwa BPIP juga sedang membuat materi video/non teks sebagai Materi penunjang untuk materi pendidikan pancasila.

“Dalam kurikulum merdeka banyak perubahan terkait metode dan tatacara penyampaian materi serta pembelajaran bagi peserta didik maka perlu kesatuan pikiran dan pendapat serta sumbang saran dalam pengaplikasian merdeka, baik untuk guru dan juga bpip agar dapat memiliki kesamaan pandangan terhadap pelaksanaan pendidikan pancasila. Khususnya terkait dengan kurikukum merdeka ini, diharapkan hubungan yang sudah dirintis diharap bisa bergerak lebih baik dan lebih erat karena guru merupakan garda terdepan bagi pembumian pancasila. Dan perlu ada sinergi yang baik serta berkesinambungan dengan BPIP sebagai pembuat Materi Bahan Ajar Pembinaan Ideologi Pancasila.” tegasnya.

Selanjutnya, Bapak Unro M.Pd ketua Asosiasi Guru PPkn Indonesia menyatakan bahwa Perlu ada penyelarasan terkait buku teks utama pembinaan pancasila dengan bahan penunjang terkait dengan pendidikan pancasila di dalam kurikulum merdeka.

“Ada posisi strategis guru dan BPIP terhadap materi ini, dan karenanya perlu ada kesamaan pandangan terkait buku teks utama dan bahan penunjang ini antara BPIP dan para guru. Oleh karena itulah Para guru dari semua satuan pendidikan dari PAUD hingga SMA harus terlibat dan diikutsertakan. Karenanya lebih dari 100 orang guru PPkn dari semua tingkat pendidikan dari 34 provinsi hadir dalam acara Sarasehan ini baik secara daring maupun Luring.” sahut beliau.

Staff Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo dalam kesempatan ini menyatakan bahwa Tokoh pendidik Ki Hajar Dewantoro menyatakan dua tujuan pendidikan yaitu kebahagiaan dan keselamatan.

“Bahagia terjadi ketika manusia mampu mengekspresikan diri dan merdeka menentukan masa depannya, maka perlu ketrampilan agar selamat jadi orang tidak semata mata punya logos(ilmu) dan etos (kinerja).” tegasnya.

Selanjutnya Pakar Komunikasi Politik itu menyatakan Bahwa Ketua Dewan Pengarah BPIP menyatakan bahwa perlu diketengahkan rasa dalam jiwa buku bahan ajar ini, hingga tujuan yang ingin diraih bukan semata mata Indoktrinasi namun juga adanya pembumian dan pembiasaan terkait aplikasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan peserta bahan ajar.

“Permintaan dan pesan ini kemudian dituangkan oleh Presiden ke dalam Materi bahan ajar dengan komposisi orientasi pendidikan pancasila adalah 70 persen praktek dan 30 persen teori, jadi kesadaran akan berideologi para peserta didik tidak sekadar kesadaran dan kebijakan pribadi namun juga kesadaran dan kebijakan publik.” sambungnya.

Dengan pelaksanaan materi Pembinaan ideologi ini, diharapkan Pancasila harus menjadi ideologi yang hidup dan bekerja, tidak hanya bertujuan untuk semata mata menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang baik dan berpancasila, namun juga bertindak nyata dengan membangun sikap hidup yang bergerak secara nyata dan berkesinambungan dalam usaha pembumian pancasila.

“Terkait dengan tujuan Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara Benny menyatakan bahwa diharapkan bahwa para peserta didik dapat dengan bahagia dan sadar dalam menghidupi ideologi Pancasila dalam kehidupan nyata dengan sesama manusia dalam masyarakat.” beber Benny.

Lebih lanjut Benny menyatakan bahwa peserta didik yang telah menerima Pendidikan Pancasila harus dapat melaksanakan olahrasa yang mampu membaca tanda-tanda zaman, maka siswa dibekali dengan pendidikan karakter yang kuat dalam segala bidang. Dengan pendidikan Pancasila yang dititik beratkan pada kebanggaan para peserta didik terhadap bangsa ini.

“Para peserta didik harus dapat melihat Pancasila ini sebagai hal yanh sakral dan suci hingga mereka menyadari urgensi Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pendidikan pancasila adalah agar para peserta didik dapat melakukan refleksi kepancasilaan dalam dirinya dan tugas guru adalah mengasah potensi potensi para siswa terkait kepancasilaan.” tandasnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan adanya kesadaran diri ber-Pancasila membuktikan bahwa pendidikan Pancasila bukan masalah indoktrinasi ilmu namun praktek hidup. Karenanya, bahan ajar BPIP diharapkan dapat menginspirasi para guru dan siswa dalam menghidupi pancasila dan karenanya materi bahan ajar BPIP adalah sumber utama dalam pengajaran Pancasila agar tidak terjadi multitafsir terhadap bahan ajar ini.

“Hendaknya guru guru PPKN dapat dengan tepat menjalankan amanat pancasila dalam melakukan pembumian dan pelaksanaan pendidikan Pancasila sesuai dengan cita cita bangsa,” tutup Benny.

Untuk selanjutnya dalam acara yang diselenggarakan pada pukul 13.00 ini, Staff Khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak Samuel Wattimena menyatakan bahwa “Era Multimedia memiliki dua sisi mata uang, di satu sisi pemikiran pemikiran luar telah mengubah pandangan kita terhadap kearifan lokal khususnya dalam sandang pangan papan namun di sisi lain dengan era multimedia kita dapat membagikan nilai-nilai luhur dalam kearifan lokal dan ke-Pancasila-an ke seluruh Negeri.”

Karenanya Ibu Ketua Dewan Pengarah menitipkan kepada Samuel Wattimena bahwa dalam usaha pembuatan video visual bahan ajar Pancasila agar produk audiovisual dari BPIP dapat merasuk jauh dalam rasa serta kehidupan berbangsa dan bernegara ke seluruh masyarakat Indonesia. Karenanya Ibu Ketua Dewan Pengarah BPIP menyatakan bahwa Sudah waktunya kita menghadirkan kearifan lokal dan kekuatan nilai kenusantaraan milik Indonesia dalam produk multimedia dan animasi.

Lebih lanjut Samuel, menyatakan bahwa Ibu Ketua Dewan Pengarah berpesan bahwa Metode Pembinaan Ideologi Pancasila harus disampaikan secara sederhana melalui contoh dalam kehidupan keseharian. Lebih lanjut, upaya sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila tersebut hendaknya dapat dilaksanakan dengan kreatif sekaligus dekat dengan realita kehidupan. Sesuai dengan perkembangan Dunia saat ini hendaknya kita dapat memanfaatkan Teknologi Informasi hingga usaha penyebarannya bisa lebih mudah, murah dan efektif.

“Dengan memenuhi unsur skenario, ritme, dialog, siluet dan warna yang tepat sudah kita memproduksi dan memenuhi ruang digital dengan konten audiovisual dengan kandungan nilai nilai Ideologi Pancasila.” tegas Samuel.

Budayawan Ngatawi Alzastrow, selanjutnya dalam paparannya menyatakan bahwa guru memiliki peran strategis dalam pembudayaan pancasila yaitu penanaman nilai pancasila sebagai ideologi negara, identitas bangsa dan juga philosophical grondslag.

“Perlu disadari juga bahwa, target pengajaran para guru adalah para Gen Zdengan karakter yang lebih mengutamakan Passion dibanding materi, pengembangan diri, memiliki daya saing yang tinggi, tech savvy dan tertarik bekerja di tempat prestisius, tidak tahan duduk di tempat dan cenderung suka pekerjaan yang fleksibelUntuk menghadapi Gen Z ini perlu pendekatan yang afektif dibanding pendekatan kognitif pada para Peserta didik yang bisa diprovide oleh teknologi.” jelasnya.

Metode pengajaran sekarang menurut dia hendaknya lebih menitikberatkan pada eksplorasi setiap individu dalam upaya mengembangkan potensi panca indera secara efektif dan menyeluruh hingga dapat dengan benar mengeksplorasi dimensi afektif hingga anak tak merasa terbebani namun menikmati dan menyenangi pelajaran yang mereka hadapi.

“Karenanya Pancasila harus punya rasa, dengan rasa itu para peserta didik akan berlaku sesuai dengan kesadarannya, para Peserta didik dapat melihat dan mengeksplorasi peristiwa peristiwa yang terjadi disekitarnya dan kemudian mengupas fenomena tersebut dengan nilai-nilai Pancasila. Dengan hal dan metode tersebut maka akan muncul akan Pancasila yang berempati, bukan pancasila yang didoktrin, melainkan Pancasila yang dilatih dalam kebiasaan dan kesederhanaan.” bebernya.

“Kita akan menemukan Pancasila yang benar benar dinikmati dan dihidupi oleh seluruh peserta bahan ajar bukan hanya sekedar dihapalkan karenanya Perlu peningkatan kualitas dan kemampuan affeksi guru sehingga pendidikan pancasila benar-benar hidup dan nyata salam dalam kehidupan sehari hari buka hanya sekedar hafalan.” sambungnya.

Dalam Acara yang dihadiri oleh 100 orang guru PPKN baik secara luring maupun daring dari seluruh jenjang pendidikan ini juga hadir Ibu Istiyani dari Binus University yang menyatakan bahwa perlu ada perubahan dan penyesuaian strategi pembelajaran dengan biasakan anak anak berdialog dan Budayawan Taufik Rahzen yang menawarkan Metode pembelajaran Empat I yang bertitik pada empat unsur yaitu informasi, impian, inisiatif dan insan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *