Guru Besar Untirta Ini Ajak Netizen Bijak Bersosmed

by -4,120,281 views

MediaSiber.com – Maraknya berita bohong atau hoax di media sosial membuat segelintir kalangan menilai hal tersebut sangat mengkhawatirkan sekali. Salah satunya adalah Guru besar ilmu komunikasi Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa, Prof Ahmad Sihabudin juga angkat bicara,

“Fenomena berita hoax yang saat ini tersebar dimasyarakat akan sangat berdampak besar pada demokrasi di Indonesia,” kata Prof Sihabudin di diskusi publik bertemakan “Mengawal Demokrasi Damai dan Anti Hoax” yang digelar oleh DPP Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) di Resto Dapur Kuring, Slipi, Jakarta Barat, Minggu (29/4/2018).

Pemerhati suku Badui Dalam ini juga menjelaskan, bahwa bahaya dari penyesatan informasi atau berita hoax ini juga akan berdampak pada keutuhan NKRI yang saat ini sudah berjalan dengan baik dan terbuka.

“Media sosial harus bisa menjadi alat pemersatu demokrasi di Indonesia dan mampu memberikan dorongan besar agar terciptanya demokrasi yang maju dan terbuka,” tuturnya.

Dalam era digital saat ini, sudah menjadi tugas anak bangsa khususnya para pengguna media sosial untuk lebih bijak dalam menggunakannya.

“Pada Pilpres 2014 lalu menjadi bukti dari ancaman hoax sampai Indonesia terlihat terpecah seperti menjadi dua negara yakni kubu pak Prabowo dan kubu Pak Jokowi. Tapi ini gak perlu kita bahas lagi lah, yang penting bagaimana kita memperbaikinya ke depan,” ujarnya.

Pun sudah berlangsung empat tahun silam, Prof Sihabudin juga tak menampik perpecahan di masyarakat masih dirasakan. Pun demikian, ia tetap menegaskan agar masyarakat tetap menghindari perpecahan, apalagi dengan maraknya penyebaran infomrasi sehingga tidak sampai memecah belah NKRI .

“Kita harus lebih jeli lagi dalam menanggapi berita yang ada, jangan langsung menanggapinya dengan satu sisi saja, tapi harus mencari kebenaranya,” tegasnya.

Dia menambahkan bahwa sejauh ini beluma ada teknologi yang bisa menyaring mana berita hoax dan mana berita fakta. Namun sampai sejauh ini kebijakan dan kecerdasan masyarakat khususnya netizen harus dikedepankan, yakni melakukan check and recheck setiap berita yang diterimanya.

“Untuk mendeteksi berita bohong atau berita benar sampai sekarang teknologi tidak bisa mendeteksi. Tapi dikementerian pendidikan ada software yang hanya bisa deteksi duplikasi berita. Jadi kita harus tabayyun,” tuturnya. (bar/ibn)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *