Gerakan Politik yang Berkedok Agama Dibalik HTI

by -4,201,272 views

JAKARTA – Aktivis Crisis Center NII Ken Setiawan menyebut keberadaan kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah gerakan politik berkedok agama. Menurut Ken, gerakan HTI di Indonesia adalah gerakan makar.

“Belajar ilmu, tapi di lapangan tak pakai akhlak, menghalalkan segala cara ingin mengganti negara ini dengan khilafah Islam, menurut saya adalah makar. Pancasila sendiri juga ikut dirumuskan oleh ulama, mengapa harus diganti?,” ungkap Ken.

Hal itu mengemuka dalam Webinar “Mewaspadai Kebangkitan Ideologi Khilafah di Tengah Pandemi” yang diinisiasi Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Senin (29/6/2020).

Sebab, kata Ken, HTI menyuarakan demokrasi adalah haram, sehingga solusi satu-satunya adalah khilafah. Bahkan, mereka membentuk kelompok kecil yang membid’ah kan segala yang tradisional.

“Tapi lucunya mereka cuma bisa tinggal di negara demokrasi. Akhirnya mereka membentuk kelompok kecil yang membid’ah kan segala yang tradisional. Mereka masif dan terorganisir. Seolah-olah menguasai masyarakat,” sambungnya.

Dikatakan Ken, paham mereka adalah anti demokrasi dan keberadaan HTI dituding sangat berbahaya bagi rakyat Indonesia.

“Warna bagi mereka hanya hitam putih, memilih Pancasila atau Islam. Kenali modusnya, bila ini rahasia jangan disampaikan tapi ikuti, ini jebakan mereka. Penipuan versi cantik. Sugestinya adalah kalau kamu melawan Al Quran kamu berarti kafir,” jelasnya.

Ken melanjutkan khilafah adalah bom waktu yang prematur dan gerakan mereka massif bisa berpotensi menggulingkan pemerintahan yang sah.

“Kita harus kritis terhadap fakta di lapangan, pemerintah harus ada tindakan pencegahan. Khilafah ini bom waktu yang prematur, gerakan mereka masif, ingin menggulingkan pemerintah. Jika melihat, laporkan aparat, agar ditindak, agar tidak menyebar,” ucapnya.

Ditempat yang sama, Ketua Umum PB PMII Agus Mulyono Herlambang mengatakan mahasiswa yang setuju dengan penerapan khilafah Islam cukup tinggi, terutama di masa pandemi covid-19.

“Yang dimanfaatkan sekelompok orang untuk mengubah ideologi Pancasila menjadi ideologi khilafah. Ini banyak digoreng seakan pemerintah tidak pro umat islam, apalagi di masa Covid-19, pemerintah melakukan pelarangan ibadah yang dimaksudkan mencegah Covid-19, tapi malah digoreng yaitu ada narasi pemerintah “rezim” memberantas umat islam lewat narasi ini. Ini perlu diluruskan,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *