Eks Napiter Menyesal Lakukan Teror di Indonesia

by -5,887,637 views

Jakarta, MediaSiber.com – Penyesalan selalu datang di belakang, seperti yang diungkapkan oleh anggota kelompok Jama’ah Islamiyah (JI) dan juga Combatant Afghanistan yaitu Hidayat alias Dayat (59). Dia mengungkapkan penyesalannya telah melakukan aksi teror di Indonesia.

Awalnya Dayat diajak oleh teman dari satu daerah yang sama dengan asal ayah ibunya Dayat yaitu Tasikmalaya untuk bergabung dengan kelompok Jama’ah Islamiyah (JI), kemudian pada tahun 1988 Dayat bergabung dengan anggota JI lainnya untuk mengikuti pendidikan semi militer angkatan ke VII di Kamp. Pelatihan Afghanistan dan ikut berperang bersama dengan kelompok JI lainnya di Afghanistan. Dan pada tahun 1993 kembali ke Indonesia.

Saat terjadi konflik di Ambon Maluku dan Poso Sulawesi Tengah pada periode tahun 1998-2000 Dayat berangkat ke Ambon dan Poso sebagai relawan jihad melalui Organisasi Komite Penanggulangan Krisis (KOMPAK). Dayat memiliki keterlibatan dalam kasus pengeboman terhadap beberapa Gereja di Jakarta pada malam Natal tahun 2000 dan juga keterlibatan dengan para tersangka kasus Bom Bali I Amrozy Cs.

“Setelah dinyatakan sebagai Daftar Pencarian Orang (DPO), saya pernah melarikan diri selama 3 tahun sebelum akhirnya ditangkap oleh aparat kepolisian dari Polda Metro Jaya,” ungkap Hidayat dalam sebuah pertemuan di RM Mas Miskun yang berada di Jl. Percetakan Negara, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2019)..

Akibat dari aksi teror yang pernah dilakukan oleh Hidayat, pihak keluarga lah yang akhirnya menanggung efek dari perbuatannya, dan khususnya menjadi beban psikologis bagi anak-anaknya karena disebut sebagai anak teroris oleh teman-teman sekolah maupun teman bermain disekitar tempat tinggalnya di daerah Manggarai Jakarta Selatan.

“Penyesalan terbesar adalah bagaimana keluarga menanggung efek dari perbuatan saya. Anak-anak sering diejek oleh teman-temannya sebagai anak teroris,” jelasnya.

Bahkan setiap kali ada kejadian ledakan bom, dirinya selalu dicurigai dan rumahnya sering ditongkrongin wartawan.

“Stigma masyarakat terhadap keluarga saya sebagai keluarga teroris itulah efek terbesar dari perbuatan yang pernah saya lakukan,” imbuhnya.

Menurut Dayat, paham Jihad dengan cara berperang atau aksi-aksi kekerasan tidak tepat dilakukan di Indonesia, karena Indonesia adalah negara damai, menghilangkan nyawa seseorang adalah dosa besar dan setiap kita menghilangkan satu nyawa akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT di akhirat nanti.

“Sebagai muslim yang baik, kita tidak berhak menjustifikasi umat manusia lainnya sebagai kafir karena yang berhak menilai seseorang itu kafir hanya Allah SWT, tugas kita hanya menjalankan ibadah dan dakwah serta tidak membuat kerusakan di muka bumi,” papar Dayat.

Saat ini Dayat bersama Alumni Afghanistan lainnya telah membentuk sebuah forum yakni Forum Komunikasi Alumni Afghanistan Indonesia (FKAAI) yang bertujuan untuk taubat melakukan tindakan kriminal dan teror.

“Tujuannya untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat khususnya yang pernah terlibat tindak pidana terorisme atau narapidana terorisme (Napiter) untuk kembali menjadi warga negara yang taat terhadap hukum yang berlaku di Indonesia,” pungkas Hidayat. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *