Benny Susetyo Ajak Maknai Kebangkitan Kristus Jelang Pilkada 2024, Rayakan Paskah dengan Pas

by -601,332 views

Seminar Nasional dalam rangka Perayaan Paskah Nasional 2022, pada hari Selasa 10 Mei 2022 yang dibesut oleh Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak-PGI di Graha Oikumene Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia bertajuk kebangkitan dan peran umat Kristen dalam kehidupan kebangsaan, diselenggarakan dengan latar belakang bahwa Paskah merupakan momentum kebangkitan dari keterpurukan. Dalam kebangkitan itu ada harapan yang mendorong lahirnya upaya untuk membuat kehidupan lebih baik.

Dalam kerangka itu, maka Paskah dapat dimaknai sebagai motivasi dan semangat untuk memikirkan dan mengusahakan kehidupan bersama yang lebih baik dalam konteks kehidupan kebangsaan.

Jacklelfyn Manupputy Sekretaris Umum PGI dalam sambutan pembukaannya menyatakan dalam keadaan bangsa dan negara saat ini kita perlu menyadari peran gereja tidak hanya untuk jemaat tapi untuk bangsa dan negara Indonesia.

Pendeta Gomar Gultom selaku Ketua PGI, lebih lanjut dalam sambutannya menyatakan bahwa dalam agenda nasional pemilu dilaksanakan pada tahun 2024 , para kontestan mulai melakukan manuver yang terkadang tidak mementingkan kaidah etik dan moral.

“Isu-isu agama akan menjadi bahan hangat sebagai kendaraan politik praktis yang memberikan akibat buruk pada persatuan kesatuan bangsa akhirnya.”, jelasnya.

Banyak pemimpin agama yang terjebak dalam kepentingan politik dengan membawa dalil agama sebagai senjata memperoleh suara.

“Maka PGI sebagai organisasi tempat bersatunya gereja-gereja perlu berperan aktif dengan senantiasa menjaga kestabilan yang terkompromi akibat politik, serta senantiasa menyuarakan kebenaran dan selalu menjunjung kepentingan umum diatas segalanya.”, imbuhnya.

Menurutnya, pemimpin gereja harus belajar untuk mempelajari masalah yang dihadapi umat sebagai masyarakat dan senantiasa berupaya menjadi jawaban dan pemberi solusi, sehingga keberadaan gereja tidak hanya sebagai sarana mencari damai, tetapi juga memberi jawaban terkait keresahan umat terhadap perkembangan yang terjadi di dunia sekarang ini.

Keynote Speaker, DR. Jan. S. Marinka selalu Dirjen Kementerian Pertanian sekaligus Ketua Paskah Nasional dalam paparannya menyatakan bahwa warga gereja harus berperan aktif dalam upaya memperbaiki kesalahan kesalahan yang terjadi di masyarakat, karena ketahanan nasional bukan hanya tugas aparat dan pemerintah, namun juga masyarakat termasuk warga gereja.

Elly Engelbert Lasut, Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud dalam paparannya menyatakan bahwa moderasi ditujukan kepada pemikiran dan jiwa manusia.

“Sejak manusia diciptakan kita selalu dihadapkan pada perbedaan perbedaan, perbedaan fungsi dan tujuan organ tubuh yang berbeda membuat manusia hidup dan sejatinya perbedaan merupakan kenyataan hidup bagi manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat.”, jelasnya.

Perbedaan-perbedaan inilah yang menciptakan sistem kehidupan yang berjalan sekarang ini, namun seiring perkembangannya khususnya di Indonesia, perbedaan dipandang menjadi sesuatu yang “jahat” , kita hidup dalam kecurigaan kecurigaan dan kita menjadikan politik identitas sebagai komoditas politik yang membuat makin terpecah belahnya bangsa ini.

Kembali kepada penciptaan, sebagai mahluk Tuhan yang mencintai penciptanya kita juga harus mencintai sesama ciptaannya, maka kita harus kembali kepada moderasi, dimana kita melembutkan yang keras, menurunkan tensi, menjadi pelaku pelaku firman yang menjaga damai, hingga wajah Tuhan tampak pada kita sebagai mahluk ciptaan, Tuhan yang paling tinggi derajatnya.

“Kita bisa memperbaiki perpecahan dengan menggunakan pendekatan Universal dengan melaksanakan nilai nilai ketuhanan yang mempersatukan kita sebagai mahluk ciptaannya.”, imbuhnya.

M. Qodari selaku Direktur Indobarometer dalam pernyataannya menyatakan bahwa menjelang pilkada 2024 kita menghadapi banyak kompleksitas karena semua akan dilaksanakan secara serentak. Banyaknya kepentingan yang saling berkelindan membuat peta politik di Indonesia menjadi amat cair, sentimen keagamaan yang dibalut berita bohong dan narasi negatif menjadi hal yang lumrah dan banyak terjadi, keberagaman yang sebenarnya merupakan potensi bangsa justru dijadikan kambing hitam perpecahan yang terjadi.

“Solusi kompleksitas yang terjadi adalah selain diperlukan kecerdasan dan kedewasaan berpolitik dari seluruh lapisan masyarakat dan tokoh pemersatu yang tidak memandang negara sebagai sarana pemenuhan syahwat politik namun mampu menjadikan Pemilu sebagai Pesta demokrasi sebagai perayaan keberagaman demi mencari pemimpin yang berjuang semata mata untuk menjaga persatuan dan kesatuan negara.”, jelasnya.

Staff Khusus BPIP, Benny Susetyo dalam seminar yang diselenggarakan secara hybrid itu menyatakan bahwa makna Paskah adalah mengimani bahwa maut dikalahkan dan menuju kehidupan kekal dan abadi.

” Sebagai warga gereja kita harus percaya diri dan memiliki iman kebangkitan dengan berusaha membangun sistem nilai yang kita teladani dari Kristus yang senantiasa berpegang pada kebenaran dan kedamaian, selalu berusaha dan terlibat dalam menjaga persatuan dan kesatuan serta tidak terjebak dalam polarisasi politik, kita harus dapat menjadi garam dan terang sebagai penyeimbang dari ideologi-ideologi kematian yang menjebak masyarakat dalam narasi negatif dan berita bohong.”, paparnya.

Umat Kristiani harus memiliki spirit kebangkitan dengan meneladani kristus dengan memegang peranan senagai pejuang kebenaran, keadilan sekaligus perdamaian, lakukan politik suara hati yang semata-mata hanya memperjuangkan kemanusiaan.

“Kita hendaknya tidak terjebak dalam pertarungan wacana, namun bergerak nyata melalui gagasan gagasan nyata bagi bangsa, yang tidak hanya bermanfaat bagi umat, namun juga seluruh bangsa dan negara. Perlu ada agenda nyata, dimana kita membantu negara dalam upaya pemulihan setelah pandemi dimulai dari pangan, kesehatan hingga membangun sikap bahwa gereja-gereja sepakat bahwa tidak akan terjebak dalam polarisasi politik, namun menjalankan nilai-nilai luhur pembawa damai yang tercakup dalam pancasila.”, imbuhnya.

Benny menjelaskan bahwa perlu ada konsolidasi umat kristiani agar keberadaan kita menjadi solid sebagai agen yang senantiasa berusaha menjaga perdamaian serta persatuan dan kesatuan sehingga kita benar-benar mampu menghayati kebangkitan dengan tidak hanya apatis, namun selalu berusaha terlibat dalam upaya menjaga nilai nilai luhur yang tercakup dalam Pancasila.

“Jika Paskah dilaksanakan dengan Pas dalam merespon dan menghadapi fenomena yang terjadi di tengah masyarakat niscaya umat kristiani tidak hanya berjalan sebagai penonton, namun benar benar berperan aktif menjadi agen pembawa damai bagi bangsa dan negara” ujar Benny menutup paparannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *