Tarakan – Kelangkaan kayu di Tarakan imbas pelarangan kayu ilegal, dan membuat stok kayu di beberapa galangan kosong. Himpunan Pengusaha Kayu Lokal Kota Tarakan mendatangkan kayu jenis kelompok meranti asal Berau yang sudah memiliki izin resmi.
Namun jumlah kayu yang didatangkan belum dapat mencukupi kebutuhan bagi masyarakat. Dalam setiap dua pekan, kayu yang didatangkan dari berau hanya berkisar 27 kubik hingga 40 kubik. Sementara itu jumlah pengusaha di bawah naungan Himpunan Pengusaha Kayu Lokal Kota Tarakan berjumlah 35 galangan.
Stok kayu resmi asal berau yang didatangkan langsung dibagi secara merata ke sejumlah galangan kayu. Namun jumlahnya tidak banyak, yakni hanya 1 hingga 2 kubik untuk satu galangan kayu. Sementara itu harga jual kayu asal berau juga bisa mencapai 150 ribu rupiah per satu batang.
Tanggapan dari Kepala dinas kehutanan UPTD HPH Kota Tarakan Sdr. Alvian Pakidinh bahwa kami mengacu pada peraturan dari Kementrian Kehutanan, sehingga harapan kami Pemerintah dapat membantu masyarakat yang ingin mendirikan usaha dengan menerbit kan ijin Persetujuan berusaha pengolahan hasil hutan dengan sekala kecil, sehingga nantinya dapat bekerja sama dengan perusahaan pemilik Ijin Pemanfaatan kayu
Himpunan Pengusaha Kayu Lokal Kota Tarakan beharap adanya regulasi dari pemerintah daerah berupa payung hukum, untuk pemanfaatan kayu lokal. Hal itu dapat menekan cost produksi, sehingga harga jual kayu menjadi lebih murah.
“Kami sangat siap dan mendukung upaya pemerintah untuk regulasi berupa payung hukum. Karena ini juga untuk kebutuhan masyarakat, perputaran ekonomi untuk para buruh bongkar angkut kayu di galangan juga. Satu galangan kayu itu bisa pekerjakan 2 orang buruh angkut,” kata Himpunan Pengusaha Kayu Lokal Kota Tarakan.
Asosiasi juga mengajak agar seluruh pengusaha kayu dapat menjaga kondusifitas, serta bersama-sama menunggu regulasi diterbitkan oleh pemerintah. Tujuannya agar bisnis kayu dapat berjalan sesuai aturan, dan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.
