Waspadai Kelompok Radikal Fundamental Tebar Provokasi Kebencian

by -1,545,892 views

Jakarta – Jamaah Pengajian Pendukung Ahok-Djarot (Ampe2aja) mengapresiasi paslon petahana nomor urut 2 Basuki Djarot yang meresmikan pembangunan masjid besar dan megah yang diberi nama masjid KH. Hasyim Asyari.

Pasalnya, Masjid ini dibangun dengan luas 20.000 m2 agar mampu menampung seluruh umat muslim yang tinggal di rumah susun.

“Nama Masjid Raya KH. Hasyim Asyari adalah simbol kekuatan Islam dan pesan dari penamaan pendiri dan tokoh besar Nahdlatul Ulama ini adalah jangan sekali-kali menyalakan api perpecahan. Karena selama ini panorama toleransi menjadi bagian terpenting dalam sejarah perjalanan bangsa kita. Kita terkesan dengan sikap Basuki Djarot yang merangkul ulama-ulama Islam Nusantara,” ungkap Ketua Forum Komunikasi Ulama dan Masyarakat (Forkum) Gus Sholeh saat dihadapan ratusan jamaah majelis Taklim di wilayah Jakarta Timur, Senin (3/4).

Alumnus Pesantren Gontor itu mengatakan Basuki-Djarot bertekad akan terus memajukan Masjid di Jakarta yakni Jakarta Islamic Center (JIC) yang terletak Jakarta Utara, sebagai Etalase Keilmuan Keislaman dan Wisata Religi, dengan harapan banyak orang nanti bisa belajar Islam di JIC.

Tidak hanya berhenti pada pembangunan masjid dan lembaga keagamaan, kata dia, upaya Basuki – Djarot akan menghadirkan Islam nusantara yakni dengan merawat pemikiran tokoh-tokoh pioner Islam moderat seperti Gus Dur dan Cak Nur.

“Basuki Djarot sudah lama memiliki hubungan dekat dan mengagumi kedua tokoh tersebut,” tuturnya.

Bahkan salah satu tokoh yang berjasa dalam karir politik Basuki adalah mantan Ketua Umum PBNU, yaitu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Menurut Gus Dur, Basuki adalah sosok yang bersih, jujur dan terbuka. Ia memiliki kepribadian sebagai seorang pemimpin yang patut dicontoh.

“Secara pribadi, Basuki dan Djarot adalah sosok yang konsisten membangun silaturrahim dengan tokoh dan ulama nusantara di Indonesia. Ia kerap meminta saran kepada para tokoh dan ulama nusantara dalam rangka membuat kebijakan-kebijakannya sebagai pejabat publik. Dan tak pernah merangkul kelompok radikalis-fundamentalis, karena mereka tahu Islam yang benar adalah yang bisa menampilkan kedamaian,” jelasnya.

Di tengah-tengah panasnya suhu politik Tanah Air, kata Gus Sholeh, kelompok radikal-fundamental kini telah menebar provokasi kebencian dan intimidasi dengan cara mempolitisasi agama, baik dalam bentuk aksi demonstrasi maupun penyebaran spanduk yang isinya menjual ayat-ayat suci untuk mendukung salah satu paslon gubernur.

“Dalam momentum seperti ini, mereka menyalakan api perpecahan. Platform yang dibangun oleh Islam radikal sangat bertentangan dengan prinsip Bhineka Tunggal Ika yang digagas dan dipraktikkan oleh the founding fathers bangsa ini,” tuturnya.

Dikatakannya, tentu saja kehadiran Islam moderat adalah harapan bagi semua di tengah maraknya gerakan Islam radikal kanan yang kerap memecah belah publik. Apalagi, paslon sebelah secara terang-terangan merangkul ormas radikal yang acapkali menjadikan agama sebagai komoditi, termasuk menjual ayat-ayat suci untuk menolak pemimpin non-muslim sebagai pemimpin.

“Komitmen Ahok-Djarot adalah ikhtar yang mesti kita dukung untuk menangkal berbagai tindakan dan pemikiran yang radikal demi menjaga keutuhan dan kesatuan NKRI,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *