Jangan Karena Perbedaan, Jadi Bermusuhan & Mengecapnya Kafir

by -1,269,242 views

Jakarta – Blusukan tak hanya akrab dengan Gubernur DKI Jakarta Jokowi. Ulama ini pun mencoba menerapkan metode itu untuk mendekati umat.

Adalah Gus Sholeh yang berhasrat mendekati umat di daerah-daerah pinggiran Jakarta untuk memberikan kajian keagamaan.

Dalam pengajian blusukan kali ini, Gus Sholeh menyampaikan metode pengajian kebangsaan seperti halnya yang pernah dipopulerkan Gus Dur saat menjadi Ketua PBNU.

“Kami tidak menginginkan gara-gara perbedaan, kita menjadi bermusuhan. Pengajian kebangsaan untuk melanjutkan perjuangan Gus Dur bahwa Islam itu damai,” tegas Gus Sholeh saat memberikan tausiyahnya di Aula PAUD & TK AL-HASYIMIYAH daerah pinggiran Jakarta Selatan, Minggu (12/3).

Lebih lanjut, Gus Sholeh mengaku miris melihat kondisi bangsa saat ini apalagi masuk putaran kedua Pilkada DKI 2017. Salah satu isu itu adalah penolakan mensholatkan jenazah gara-gara perbedaan pilihan politik.

“Ini ajaran fiqih dari mana. Ayat agama dipolitisasi. Yang dipakai ayat apa ?. Kasian orang sudah meninggal jangan pernah ngerasani orang yang sudah meninggal,” terang alumnus Gontor ini.

Dia mengingatkan kepada jamaah yang hadir agar jangan karena perbedaan umat Islam menjadi bermusuhan, pisah jamaah, dan mengecapnya kafir maupun munafik.

“Jangan kita pernah berbuat memunafikkan sesama Islam dan mengkafir-kafirkan orang. Jadinya orang yang hendak mau masuk Islam jadi takut masuk Islam gara-gara melihat sesama Islam saling gontok-gontokan dan dikafir-kafirkan,” tuturnya.

Gus Sholeh mengaku berniat ingin membangun ukhuwah Islamiyah, ukhuwah basariah dan ukhuwah wathoniyah serta mempererat sesama muslim. Dia tidak menginginkan Indonesia seperti negara Arab yang saat ini sedang menghadapi polemik peperangan sesama saudara muslim.

“Makan susah, mana enak nya perang terus. Apalagi perang suadara. Jangan menjadi kelompok-kelompok yang suka membenci dan kelompok yang lain,” bebernya.

Selain itu, Gus Sholeh sendiri enggan mengomentari tentang tafsiran Almaidah ayat 51. Menurutnya hal itu adalah urusan dari para ahli tafsir.

“Kalau Almaidah, perdebatan soal tafsir itu panjang. Tafsir itu ada banyak metodenya, kita serahkan kepada orang dan kelompok orang yang punya otoritas. Jangan semua orang merasa berhak menafsirkan Alquran, apa lagi cuma bermodal terjemahan dari Kemenag. Jangan ikut-ikutan semua merasa paling benar. Kalau yang sudah minta maaf ya sudah maka kita ajarkan hal yang baik bukan malah disudut-sudutkan,” ungkapnya.

Lebih jauh, Gus Sholeh memberikan tips kepada jamaahnya dalam memilih pemimpin di Pilkada DKI 2017. Yaitu pilihlah pemimpin yang bisa memberikan maslahat dan memberikan manfaat kepada masyarakat.

“Basuki-Djarot ini kan jongos alias pelayan rakyat. Jadi dia ini bukan pemimpin, pemimpin kita ya Presiden utamanya. Jadi rakyat Indonesia yang mengakui Pancasila, jangan lihat latar belakang agama, suku dan seterusnya, tapi apakah pemimpin itu bisa memberi manfaat bagi masyarakat,” jelasnya.

Gus Sholeh menghimbau kepada jamaahnya untuk berhati-hati pada kelompok baru yang mulai bermunculan. Sebab, di era saat ini ada yang ingin mengubah negara khilafah, syariah, DI/TII yang ingin mendirikan negara Islam.

“Kita harapkan ngaji kebangsaan islam rahmatan lil alamin. Banyak kelompok diluar NU dan Muhammadiyah masih ingib memaksakan kehendak, ingat NKRI itu harga mati hukumnya,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *