Indonesia Negara Demokrasi, Bukan Negara Islam, Boleh Pilih Pemimpin Nonmuslim

by -1,106,771 views

Jakarta – Menjelang Pilkada DKI Jakarta putaran kedua yang diselenggarakan 19 April nanti, manuver politisasi agama semakin sering digunakan.

Aliansi Masyarakat Dan Pemuda Pendukung Ahok – Djarot (Ampe2aja) kembali menggelar pengajian blusukan “Islam Rahmatan Lil’Alamien” yang ketiga, Ketua Forum Komunikasi Ulama dan Masyarakat (Forkum) Gus Sholeh Mz pun menyoroti dinamika kepemimpinan non muslim di Indonesia yang masih menjadi pro dan kontra.

Gus Sholeh mengaku sependapat dengan kyai-kyai NU bahwa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berdasarkan konstitusi negara, setiap warga negara boleh memilih pemimpin tanpa melihat latar belakang agama yang dianutnya.

Bahkan, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj sendiri juga mengingatkan supaya tidak ada paksaan dalam memilih calon gubernur DKI Jakarta. Pilkada diibaratkan adalah bus, jadi mana yang akan dipilih. Jangan ada pemaksaan. Kader NU dibebaskan pilih calon mana saja, dan tidak membedakan suku, dan agama.

“Seorang Muslim diperbolehkan memilih pemimpin non-Muslim,” terang Gus Sholeh dihadapan jamaahnya di wilayah Cakung Jakarta Timur, Rabu (15/3).

Lebih lanjut, Gus Sholeh menyatakan jika memang sudah teruji maka umat Islam diperbolehkan memilih pemimpin nonmuslim.

“Jika memang sudah teruji adil, maka boleh memilih pemimpin yang nonmuslim,” kata dia.

Lebih lanjut, Gus Sholeh menyerukan agar pihak-pihak yang berkompetisi pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran kedua 2017 ini untuk bersaing secara sehat dan tidak berkampanye dengan membawa unsur SARA.

“Indonesia itu negara demokrasi, bukan negara Islam,” sebutnya.

Dikatakan Gus Sholeh, isu agama tidak seharusnya diseret ke dalam pusaran politik.

“Masalah politik jangan dicampuradukan dengan agama. Allah jangan diajak kampanye. Tuhan kok diajak kampanye,” jelasnya.

Selain itu, Gus Sholeh juga menyayangkan beredarnya spanduk yang dipasang dimasjid-masjid boikot mensholatkan jenazah bagi pendukung Basuki-Djarot. Dia membeberkan bahwa pandangan sebagian kelompok untuk tidak menyalatkan jenazah lawan politik justru merupakan cerminan sikap yang tidak sesuai dengan ajaran Islam maupun nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia.

“Ini wujud intoleransi sesama muslim yang kian nyata dan terang benderang. Saya khawatir penyebar spanduk ini adalah benih-benih anggota ISIS gaya baru, sengaja bikin gaduh suasana,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *