Jadi Viral, Kebohongan FPI Berkedok GNPF MUI Usai Demo Rusuh 4 Nov

by -1,552,555 views

Jakarta – Usai demo 4 November kemarin yang berujung kericuhan hingga pembakaran beberapa mobil polisi dan menjalar aksi penjarahan bak tragedi 98, kini mulai mencuat beragam komentar.

Selain itu, muncul juga viral di media sosial dan via group whatsapp yang berjudul “Kabar Kebohongan Konferensi Pers FPI yang berkedok GNPF MUI terkait Aksi Demo Rusuh 4 November 2016”.

Entah dari mana asal muasal pesan broadcast itu muncul hingga ke media sosial dan group whatsapp. Dalam tulisan itu menyebut beberapa hal, diantaranya :

FPI (Front Pembela Islam) yang sejak tahun 1999 sudah dikenal membuat keonaran dan kekerasan (lihat di sini untuk catatan kekerasan FPI sejak 1999
https://m.tempo.co/read/news/2012/02/14/078383964/rentetan-aksi-fpi-dari-masa-ke-masa ) melakukan konferensi pers dengan berkedok GNPF MUI terkait aksi 4 November. Karena mereka tahu memakai nama FPI akan membuat mereka tidak dipercaya rakyat.

Tapi mereka lupa kalau usaha mereka untuk mendompleng aksi 4 November untuk tindakan makar pada pemerintah yang konstitusional dan dipilih rakyat, terbukti menjadi aksi kudeta FPI yang gagal. Semuanya terekam di internet.

Pertama, ditulis bahwa FPI berbohong dengan mengatakan tidak ada kesepakatan antara istana dengan peserta aksi. Faktanya bisa dilihat di YouTube bahwa Ustad Bachtiar Nasir memberikan keterangan bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa sudah ada kesepakatan yang dicapai (Lihat di sini https://www.youtube.com/watch?v=2RcGgzYPXzc ).

Berikutnya, FPI berbohong dengan mengatakan Polisi melakukan aksi biadab. Faktanya mobil aparat keamanan dibakar, polisi dilempar batu dan dipukuli sehingga banyak dari polisi menjadi korban aksi brutal serta dirawat di rumah sakit (lihat di sini: https://www.youtube.com/watch?v=VXuH0uZXSQI ). Semua pihak memberikan apresiasi pada Polri dan TNI yg mau menahan diri, menggunakan cara cara persuasif dan tidak meladeni provokasi. Walaupun banyak tindakan melanggar hukum, seperti melewati batas waktu yang diperbolehkan UU yang dilakukan para demonstran tapi Polisi memilih tetap toleran (Lihat di sini–> http://m.beritasatu.com/aktualitas/397350-pengamanan-polritni-diapresiasi.html ).

Ketiga, FPI berbohong dengan mengatakan peserta aksi ada sekitar 2 juta orang. Faktanya Ustad Bachtiar Nasir sendiri yang mengatakan jumlah massa hanya 100 ribu orang dan paling mentok 200 ribu orang. Dan mereka sendiri yang mengaku dibayar untuk berunjuk rasa dengan dana Rp100 miliar (Lihat di sini: http://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/11/02/jumlah-pendemo-ahok-200-ribu-orang-dengan-dana-rp-100-miliar )

Selanjutnya, dalam tulisan itu juga menyebut FPI berbohong dengan mengatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan pakar Hukum Tata Negara pak Margarito ikut dalam unjuk rasa. Faktanya Menteri Agama selesai Sholat Jumat di Istiqlal langsung masuk ke Istana Negara (Lihat di sini: http://news.detik.com/berita/d-3337483/sambil-sapa-pedemo-menteri-agama-jalan-kaki-dari-istiqlal-ke-istana). Dan Pak Margarito sama sekali tidak ikut unjuk rasa, hanya menghadiri diskusi di tanggal 5 November tentang aksi 4 November (Lihat di sini http://nasional.kompas.com/read/2016/11/05/22171211/status.calon.gubernur.ahok.tak.hilang.kendati.jadi.tersangka ).

Kelima, FPI berbohong dengan mengatakan Wakapolri membentak Ustad Bachtiar Nasir. Faktanya Ustad Nasir menghina serta berkata tidak sopan pada Wapres. Hal ini membuat Panglima TNI, Kapolri dan Wakapolri marah dan tidak terima atas perkataan yg menghina itu. Ini disaksikan oleh wakil dari Komisi 3 DPR yang hadir saat itu. Setelah itu Ustad Nasir minta maaf pada Wapres. Untung saja, Pak Wapres Jusuf Kalla berbesar hati memaafkan tindakan Ustad yg betul-betul tidak bisa menjadi panutan ummat. Akhirnya, Ustad Nasir terlihat baik-baik saja tersenyum setelah menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla (Lihat di sini https://www.youtube.com/watch?v=2RcGgzYPXzc)

Terakhir, FPI berbohong dengan mengatakan ada korban jiwa dari gas air mata. Faktanya pemeriksaan Rumah Sakit jelas menunjukkan almarhum meninggal karena asma. Kebohongan ini dipaksakan FPI Karena mereka mencari sosok martir untuk memvalidasi kudeta mereka yang gagal (Bahkan media Islam pun sudah memberitakan yang meninggal 4 November adalah karena asma http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/16/11/05/og4y00366-polda-metro-seorang-pendemo-meninggal-karena-asma ).

FPI Lebih Dominan di Demo 4 November

Sementara itu, Ustadz Nur Khozin yang mengaku ikut dalam demo 4 November itu menyayangkan jika pada akhirnya demo damai tersebut meminta proses hukum Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) itu berujung anarkis hingga pembakaran bahkan penjarahan di satu titik penjaringan Jakarta Utara.

“Niat kita murni, kenapa demonya menjadi anarkis begitu padahal bilangnya damai. Kami menyayangkannya, saya gak mau berasumsi terlalu jauh soal strategi demo kemarin jelas ada yang tunggangi atau kepentingan elit. Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kesadaran jika betul agenda itu disusupi kepentingan,” ungkap Nur.

Lebih lanjut, Nur juga menyoroti demo kemarin nampak hanya dominan atribut organisasi Islam seperti FPI, HMI, GPII ketimbang atribut HTI. Soal tuntutannya, juga ia menilai nampak beragam substansinya, padahal mendorong Kepolisian supaya mempercepat proses hukum yang melibatkan Ahok tapi malah muncul agenda revolusi menggulingkan rezim.

“Lebih dominan kemarin adalah FPI. Dan tuntutannya kenapa jadi merembet ke revolusi,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *