Nancy Pelosi Berkunjung ke Taiwan Disinyalir Suatu Provokasi

by -635,498 views

Jakarta – Kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat, Nancy Pelosi, ke Taiwan dilihat sebagai provokasi terhadap Republik Rakyat Tiongkok. Ahli geopolitik Hendrajit mengatakan bahwa kunjungan Pelosi ke Taiwan terjadi bersamaan dengan meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan dan adanya Latihan militer gabungan oleh the US Pacific Command atau Super Garuda Shield yang melibatkan Negara ASEAN dan Pacific termasuk Indonesia.

Pada hari Selasa 2 Agustus 2022, Ketua DPR AS Nancy Pelosi tiba di Taiwan dalam serangkaian kunjungan yang menunjukan komitmen Amerika pada negara pulau yang diklaim oleh Tiongkok. Tiongkok mengecam keras kunjungan pejabat AS yang terakhir dalam 25 tahun itu sebagai ancaman pada kedamaian dan stabilitas di Semenanjung Taiwan.

Meskipun berniat untuk menyerang Taiwan, seperti yang dilakukan Russia terhadap Ukraina, Hendrajit memandang bahwa China merespon provokasi AS tersebut dengan penuh kalkulasi. Kendati demikian, China memahami filosofi perang Sun Tzu . Ada niat untuk menyerang Taiwan, tetapi soal waktu , China tidak ingin didikte oleh lawan.

“Jadi China memilih waktu lain, sama seperti yang Putin lakukan sehingga negara -negara Barat gagal untuk mengantisipasinya, jadi harus ada element of surprise“ kata dia kepada media Indonesia Business Post.

China telah memperluas kerja samanya dengan negara -negara ASEAN dan negara-negara Asia Selatan yang selama ini dominasi oleh pendekatan Unipolar AS menjadi multipolar. Dengan manuver itu, negara komunis tersebut menahan diri untuk tidak merusak ekspansi multipolar yang sudah dibangunnya.

Teuku Rezasyah, dosen Hubungan Internasional di Universitas Padjajaran Bandung mengatakan bahwa kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan merupakan uji coba yang dilakukan oleh Amerika. Tujuannya untuk menciptakan kesan bahwa Amerika Serikat masih tetap berkomitmen pada kesepakatan pertahanannya dengan Taiwan dan bahwa AS siap untuk melindungi Taiwan dengan lewat kehadiran jaringan kerja sama pertahanan seperti AUKUS, QUAD dan lainnya.

“Sudah 25 tahun sejak terakhir kali pejabat tinggi AS mengunjungi Taiwan. Pada akhirnya harus ada simbolisme. Kalau yang berkunjung adalah pejabat dari eksekutif maka akan ada keributan, tetapi pejabat yang berkunjung ke Taiwan saat ini berasal dari legislatif. So ada kaitan dari sisi trias politica, karena keputusan strategis di AS harus disetujui oleh parlemen.” kata dia.

Rezasyah mengatakan bahwa persoalannya adalah China tidak selemah di masa lalu. China sudah hampir setara dengan AS dalam hal ekonomi, pertahanan , teknologi, diplomasi dan kemampuan untuk mengikat negara -negara dalam skema kerja sama yang membuat China semakin tegas.

“China mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, yang terbukti dari responnya kepada provokasi AS dengan melakukan latihan perang di perairan internasional yang diikuti dengan penerbangan pesawat tempurnya yang mendekati Tiawan,” tegasnya.

Positifnya, dalam kunjungan tersebut Nancy Pelosi tidak berbicara soal pasokan senjata AS ke Taiwan, kemerdekaan Taiwan atau penentangan atas kepemimpinan China.

“Bagi AS, simbolisme itu penting. Meski ini low key event, tetapi pesannya kuat, “ kata dia.

Menurut Rezasyah, tidak mungkin bagi AS untuk berperang di dua front pada saat bersamaan. Di Eropa, NATO sedang kacau balau mengadapi Rusia . China dan Rusia bisa menghancurkan AS jika keduanya berkoalisi. Lagi pula, China dan Rusia saat ini semakin dekat dengan negara -negara anggota BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India l, China dan Afrika Selatan.

Pada saat yang sama the Shanghar Cooperation Organization yang terdiri dari China, Rusia dan negara -negara bekas Uni Soviet seperti Kirgistan, Turkmenistan juga semakin dekat dengan China, Brasil dan Afrika Selatan.

“Lagi pula, enam bulan setelah negara -negara Barat memberi sanksi atas Rusia, ekonomi Rusia stabil dan mata uang (Rubel ) menjadi semakin kuat terhadap US dollar dan Euro,” tuturnya.

Sebagai konsekunsi, AS harus mengadopsi kebijakan yang berbiaya murah dan tidak berbahaya tetapi memiliki dampak yang besar dalam situasi ini. Jika Menteri luar negeri, Menteri pertahanan atau komite pertahanan senat yang berkunjung ke Taiwan ,maka akan nada konsekuensi serius.

“Tetapi, Nancy Pelosi lah yang berkunjung ke Taiwan. Meskipun simbolik, kunjungan ini sangat krusial karena keputusan strategis di AS perlu disetujui oleh parlemen.

Saat ini, AS tidak akan berani mengirimkan pejabatnya ke Taiwan karena China telah meresponnya dengan program yang sangat sistematik dan menunjukan kapasitas pertahanannya. China dapat mengoperasikan semua jenis pesawat tempur Rusia yang telah dibeli dan dikembangkannya sediri. China juga menunjukan bahwa negaranya tidak bergantung pada negara lain dalam hal alutsista dan tidak bisa diembargo oleh pemerintah negara lain.

“Dengan kekuatan teknologinya, China mempu memobilisasi keuatan militernya diseluruh dunia, “ kata dia.

Saat berada di Taiwan, Pelosi juga bertemu dengan chairman TSMC, produsen chip computer terbesar di dunia dengan agenda mencegah perusahaan itu menmasok chip mereka kepada perusahaan -perusahaan China dengan akibat yang signifikan pada industry chip global. Menurut Hendrajit, meskipun ada ketegangan antara Beijing, Taipei dan Washington , sejak China mengambilalih Hongkong di tahun 1997, kerja sama bisnis antara pengusaha China Mainland , terutama yang berasal dari China Selatan, Taiwan, Hong Kong dan bahkan Singapua telah terbangun dengan konsep Chinese overseas yang memanfaatkan akses dan permodalan dari konglomerat China di luar negeri.

Rezasyah mengatakan bahwa China dan Taiwan memiliki kesepakatan terkait dengan Chips, karena China sangat bergantung pada supply chip dari Taiwan. Sebagai akibat , China juga memiliki kepentingan yang sama agar industri chip tetap beroperasi. Lagi pula, Taiwan juga memiliki kepentingan terkait dengan 1,4 miliar pasar chip di China.

“Kunjungan Pelosi adalah gangguan terhadap industry chip Taiwan karena China dan Taiwan memiliki hubungan yang saling menguntungkan dalam hal chip, “ kata dia.

Taiwan adalah salah satu produser chip terbesar di dunia, menurut Rezasyah. Serangan militer terhadap Taiwan dapat menghancurkan platform chip, jaringan komunikasi, ekonomu dunia dan jaringan transportasi. Kunjungan Pelosi juga menunjukan bahwa AS menghormati kemajuan teknologi Taiwan.Terkait teknologi, Taiwan dan AS memiliki perjanjian riset dan pengembangan rahasia. “ Tujuan utama AS adalah meyakinkan dunia bahwa jika terjadi sesuatu yang buruk, semua negara bisa terdampak. Jika Taiwan dalam keadaan sulit, Pelosi harus memahami bahwa mereka harus merelokasi orang dan laboratorium. Merelokasi hasil penelitian dari laboratorium R &D adalah tugas yang sulit.Isu ini pasti dibicarakan selama pertemuan itu,” tambahnya.

*REAKSI

Dalam strategi Indo Pacific , AS menekankan konsolidasi sebanyak mungkin negara Asia Tenggara, Asia Timur, dan bahkan negara Asia Selatan untuk bergabung dalam aliansi militer dengan AS. Meskipun AS adalah salah satu negara dalam skema strategi Indo -Pacific, dan pakta-pakta pertahanan serupa lainnya yang melibatkan Australia, Jepang dan India, konsolidasi tersebut tidak berjalain baik sesuai yang diharapkan. Kunjungan Pelosi ke Tiawan tidak berhasil karena situasi Taiwan cenderung tenang, sementara beberapa negara ASEAN dan APEC cenderung melihat strategi Indo Pacific sebagai wacana geopolitik dari pada sebuah pakta pertahanan atau pakta ekonomi, “ kata Rezasyah.

Menurut Agus Setiawan dari Global Future Institute , kunjungan Pelosi ke Taiwan juga menimbulkan protes di dalam negeri oleh public Amerika. Tampaknya rakyat Amerika enggan untuk melihat pemerintah mereka menaikan eskalasi ketegangan dengan China pada saat ketegangan juga terjadi di Eropa antara sekutu Amerika dan Rusia dalam konteks perang Ukraina dan ancaman Hezbollah terhadap Israel, sekutu AS di Timur Tengah. Menurut survei terakhir, mayoritas warga negara Amerika menentang keterlibatan negara itu dalam konflik Ukraina. Pada saat yang sama, negara -negara Eropa tidak memberikan perhaian kepada isu Taiwan karena mereka focus pada konflik Rusia -Ukraina. Negara -negara anggota NATO sudah meminta agar Amerika Serikat dikeluarkan dari aliansi mereka.

“Sebagai akibat, akan sulit bagi AS dan NATO untuk berperang di tiga front pada saat yang sama yaitu di Taiwan, Timur Tengah dan Eropa,” jelasnya.

Agus Setiawan mengatakan bahwa situasi saat ini menandai berakhirnya Pan Americana dan pada saat yang sama hegemoni Barat mulai memudar. Pertemuan Teheran antara Rusia dan Iran membuka peluang bagi kekuatan Timur Tengah lainnya. Hasilnya, Venezuale, Kuba dabn Argentina bergabung dengan BRICS , sebuah kekuatan ekonomi baru muncul dari Kawasan Amerika Selatan dan Timur Tengah.

“ Ini adalah pertarungan peradaban dan akhir dari peradaban Barat,” kata dia.

Lagi pula, kata Agus, situasi saat ini merepresentasikan sebuah kesempatan untuk merevitalisasi Timur, termasuk Indonesia dengan adanya perubahan signifikan dalam masyarakat,ekonomi, dan kondisi sosial. Rakyat Indonesia tidak bisa hanya diam dan menjadi penonton.

*KUNJUNGAN BACHELET

Dalam konteks menganggung rantai industrial China, AS juga memperkenalkan pembatasan atas personel dan perusahaan di Xinjiang, dengan berniat mengenakan sanksi unilateral terhadap perusahaan dan personel di Xinjiang ,China dan mencoba mengisolasi Xinjiang dari rantai industry global. Pada bulan Mei 2022, Bachelet mengunjungi China, termasuk Xinjiang, dimana Beijing dituduh memenjarakan hampir kurang lebih 2 juta orang Uighur dan Muslim berdarah Turki lainnya. Menurut AS, China tidak mengundang Bachelet, ketua Komisi HAM PBB untuk mengunjungi Xinjiang tekait isu HAM dan lainnya. Dalam pidatonya , Bachelet berbicara banyak soal masalah HAM di Xinjiang.

Setelah kepulangannya dari Xinjiang, China, Bachelet disandera oleh sejumlah negara dan organisasi termasuk AS . Bachelet menjadi target tekanan dan tuduhan dari AS dan sejumlah organisasi HAM. Mereka berusaha memaksa Bachelet untuk berbicara hal yang tidak sesuai dengan kehendaknya tentang pembatasan yang dialaminya selama kunjungannya ke Xinjiang dan untuk menekan dia merilis laporan tentang HAM di Xinjiang. Melalui tekanan dan berbagai metode, Amerika Serikat juga mengubah praktek yang dilakukan oleh Komisi HAM PBB.

Hendrajit percaya bahwa Barat, AS dan negara -negara Eropa berharap bisa mempolitisasi isu Ham di Xinjiang untuk mendestabilisasi China. Meski demikian Langkah -langkah mereka tidak efektif karena dan dan informasi yang beredar saling bertentangan dan tidak sesuai dengan fakta. Lagi pula, tidak mudah untuk memverifikasi data tersebut.

“ Karena mayoritas populasi Muslim di Xinjiang bukanlah Uighur, tetapi suku lain. Konsetalasi ini sudah menjadi perhatian. Jadi mainstream Muslim tradisional di Xinjiang tidak punya masalah dan memiliki hubungan yang konstuktif dengan pemerintah China, “ kata dia

Ia juga menambahkan bahwa kelompok-kelompok sempalan lah yang membuat masalah. Kelompok -kelompok sempalan ini tidak merepresentasikan masyarakat Uighur , sehingga sangat sulit bagi AS untuk mempolitisasi isu separatism ini secara internasional.

Agus Setiawan menjelaskan bahwa AS dan sekutunya menggunakan isu Xinjiang untuk menyebarkan propaganda jahat dan pembusukan politik terhadap China. Propaganda mereka mengesankan bahwa China menindas Muslim di Xinjiang.Meski demikian, dalam kenyataannyam Chian sudah mengizinkan orang -orang dari negara Islam termasuk Indonesia untuk berkunjung ke kawasan Xinjiang.

“China sudah membuka Xinjiang dan semua orang boleh berkunjung kesana,” kata dia.

Dalam pandangannya, AS berusaha mengatur dan mengendalikan PBB, dan mainstream media Barat menambilkan gambaran yang berbeda dari apa yang sebenarnya terjadi di Xinjiang. Pada saat yang sama, China dan Rusia berhasil membendung terrorist Al Qaeda disana.

Menurut Teuku Rezasyah, AS dan negara-negara Barat lainnya harus menghormati kunjungan Michele Bachelet ke Xinjiang dan mengekspose apa yang menjadi temuannya disana.

“Kendati demikian , US dan negara -negara Eropa yang memiliki kapasitas tinggi dalam remote sensing, bisa mengkiritik laporan Bachelet ke PBB, kata dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *