Menuju Pemilu 2024, Ketua LTM PBNU : Tolak Politisasi Tempat Ibadah, Jaga Kondusifitas

by -313 views

Jakarta – Pengurus Lembaga Takmir Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTM PBNU) menyampaikan pernyataan sikap jelang Pemilu 2024. Pihak LTM PBNU menolak tempat ibadah dipolitisasi.

Ketua LTM PBNU, KH. Mansur Saerozi menginginkan masjid kembali berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu tempat ibadah untuk menebar rahmat, kebaikan dan sebagai wadah pemersatu umat, bangsa dan negara.

“Saya berharap agar masjid itu jangan sampai ikut dijadikan sebagai media kampanye kepentingan politik sesaat. Takmir masjid harus bisa mengambil sikap,” katanya saat pembahasan di Kantor LTM PBNU, Jl. Kramat Raya No.164, Senen, Jakarta Pusat, Senin (29/5/2023).

KH. Mansur Saerozi mengingatkan bahwa di musim kampanye terbuka jelang Pilpres, bukan tidak mungkin sosialisasi politik menyasar ke tempat ibadah. Terutama kegiatan di masjid. Ia menilai sterilisasi kegiatan kampanye di masjid sangat penting supaya hubungan keharmonisan umat tetap terjaga.

“Meskipun berbeda pandangan pilihan di Pemilu 2024, seluruh umat Islam tidak boleh mengadunya di masjid. Sehingga dakwah di masjid menjadi lebih sejuk tanpa kepentingan kampanye politik.” tandasnya.

Lebih lanjut, dikatakan KH. Mansur Saerozi, para elite politik dipersilakan menggaet massa di luar masjid dengan mengangkat berbagai isu positif. Misalnya seperti cara mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Caranya juga sesuai norma alias bukan dengan kampanye hitam, fitnah dan berita bohong.

“Menolak segala bentuk politisasi masjid yang dapat memecah belah persatuan umat, dengan menjaga peran dan fungsi masjid sebagai tempat ibadah kepada Allah SWT, pusat gerakan dakwah, pendidikan dan kegiatan sosial keagamaan lainnya,” tegasnya.

Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk mendukung gerakan mengembalikan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan. Serta menyerukan kepada umat Islam untuk turut aktif menjaga dan memakmurkan masjid sebagai tempat menebar kebaikan. Termasuk tempat penyampaian ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.

Lebih lanjut, KH. Mansur Saerozi mengungkap bahwa ada sekitar 1,4 juta masjid di Indonesia yang 80 persennya dibangun oleh warga Nahdliyin. Ia berpesan agar semua elemen bisa menjaga masjid dari paham radikalisme dan menjaga persatuan NKRI.

“Kami berkomitmen menolak paham radikalisme yang menyusup dari masjid ke masjid sebagai wujud menjaga dan merawat NKRI. Dengan menjaga persatuan dan kesatuan untuk mencintai negara Indonesia guna mencapai Baldatun Tayyibatun wa Rabbun Ghafuur,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *