Gus Sholeh Sayangkan Serangan Agama, Spanduk Provokatif & SARA untuk Jegal Ahok

by -1,489,797 views

Jakarta – Ketua Forum Komunikasi Ulama dan Masyarakat Gus Sholeh menilai apa yang dilakukan oleh lawan-lawan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menunjukan tidak berani berkompetisi secara sehat di Pilkada DKI 2017 seperti membungkus politik dengan agama.

“Mereka membungkus politik dengan agama. Dengan tafsir-tafsir, ajaran-ajaran, dan tradisi-tradisi agama, ya pasti dong Ahok kalah, agamanya lain. Itu suatu ketidakadilan, ketidakjujuran, manipulasi, bohong yang sangat besar,” ungkap Gus Sholeh saat pengajian blusukan bersama Jamaah Pengajian pendukung Ahok Djarot (Jampe2aja) di wilayah Matraman Jakarta Timur, Minggu (26/3).

Kata Gus Sholeh, sangat disayangkan ketika ulama mengembar-gemborkan pemilihan yang harus berlandaskan agama tanpa memperhatikan kemajemukan yang realitanya nampak di depan mata. Dirinya prihatin terhadap akal busuk politisasi agama dan pada akhirnya, ketika mereka terpilih menjadi Gubernur mereka akan melupakan peranan agama dalam kancah publik yang harus terus-menerus di “segarkan”.

“Akal busuk politisasi agama ini, pada akhirnya rentan dimainkan pihak-pihak tertentu untuk menghembuskan gesekan diranah sensitif terhadap agama lain yang suka tidak suka harus diakui juga keberadaanya,” terang dia.

Disisi lain, kata Gus Sholeh, peranan Ulama disini sangat dibutuhkan untuk mampu meredam potensi gesekan yang akan terjadi dikemudian hari. Dukungan Ulama baik secara moral maupun doa juga sangat dibutuhkan untuk semua calon yang akan memperebutkan kursi Gubernur Jakarta. Bukan membedakan, mana yang harus didukung dan mana yang tidak. Agar tercipta rasa optimistis masyarakat akan selarasnya antara Islam dan demokrasi, serta menjauhkan warga Jakarta dari potensi konflik yang mungkin saja terjadi.

“Kami yakin, Ulama (khususnya) di Jakarta sangat mengerti strategi busuk semacam itu yang pada akhirnya sangat menodai umat Islam. Jika, calon yang pada masa kampanye sangat “religius” dan mau mendekati Ulama, bukan tidak mungkin setelah terpilih dengan mudah mereka melepaskan kopiah mereka,” tutur dia.

Gus Sholeh memastikan pemimpin yang bekerja untuk rakyat akan dikenang sepanjang masa dan bicara menata ibukota, rakyat membutuhnya figur pemimpin yang bisa kerja dan mampu mempekerjakan.

“Jika hasil kerja nyata tak dipandang sebagai program yang manfaat, berarti kubu sebelah lebih suka melihat Jakarta maju versi ilusi penuh mimpi. Orang normal rata-rata lebih percaya setelah melihat hasilnya, orang bingung rata-rata lebih percaya dongeng bualan yang seolah-olah nyata,” tutur dia.

Lebih lanjut, Gus Sholeh berpendapat, ada perbedaan yang mencolok antara dua kompetitor calon Gubernur ini baik Ahok dan Anies. Dari kapasitas, kemampuan, sejarah, atau bukti-bukti, dan track record, mereka beda jauh. Ini sangat kontras, tidak seimbang, berat sebelah. Keunggulan Ahok jauh lebih tinggi, dan keunggulan Anies jauh lebih rendah.

Sehingga, kata dia, perbedaan inilah yang kemudian memunculkan isu SARA sebagai senjata untuk menjegal Ahok kembali ke kursi DKI satu.

“Inilah yang membuat mereka nekat menggunakan ayat, menggunakan spanduk-spanduk, dan isu SARA lainnya, untuk melawan atau menjatuhkan Ahok, karena dia unggul dari segi politik, sosial, ekonomi, dan budaya sekalipun, maka agama yang dipakai,” ujarnya.

“Jadi sebenarnya penggunaan agama itu adalah keputusasaan secara politik dari lawan-lawan Ahok, gak ada lagi yang bisa dikerjakannya, hanya itu yang bisa dikerjakannya,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *