Gus Sholeh: Keberhasilan Ahok-Djarot Diakui Masyarakat DKI

by -1,601,796 views

Jakarta – Pilkada DKI Jakarta putaran kedua akan semakin panas dan isu-isu agama akan semakin dimainkan serta menguat untuk dialamatkan ke paslon Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Bahkan saat ini sudah ada beberapa pihak yang melihat efektivitas isu agama untuk menarik dukungan dibanding perbandingan program.

Ketua Forum Komunikasi Ulama dan Masyarakat (Forkum) Gus Sholeh Mz menjelaskan fenomena ini hanya menjadi akal-akalannya partai politik semata untuk merebut kekuasaannya sesaat. Gus Sholeh juga mengaku heran kenapa isu Al Maidah 51 ini hanya dimainkan di Jakarta saja, sementara wilayah lain yang bertarung di Pilkada serentak tidak digaungkan.

“Di wilayah lain, Partai yang ngotot agar tegakkan Al Maidah 51 kok justru pilih pemimpin nonmuslim. Bahkan mendukung Pendetanya menjadi pemimpin. Yang gagal paham mereka siapa berarti, berarti benar kan mereka ada ambisi politik untuk kepentingan sesaat,” kata Gus Sholeh, saat pengajian blusukan edisi kelima di basis pendukung Agus-Sylvi wilayah Jakarta Timur, Sabtu (18/3).

Lebih lanjut, Gus Sholeh memandang strategi partai itu sengaja diciptakan oleh kelompok fanatis dan anti-Ahok untuk men-downgrade keterpilihan pasangan Ahok dan Djarot. Kendati demikian, dihadapan jamaahnya, Gus Sholeh menyakini peluang pasangan Ahok-Djarot untuk menang masih terbuka lebar, meskipun dalam hitungan kertas pasangan Anies-Sandi diperkirakan akan menang tapi dengan cara-cara yang kurang elegan.

“Ini semua hanya politik, menghalalkan segala cara untuk merebut kursi nomor 1 dan 2 di Jakarta. Semua hanya kepentingan dan akal-akalan politik. Politik itu tidak ada temen abadi dan tidak ada musuh abadi. Agama dihancurkan hanya karena Pilkada saja, hanya karena beda pilihan langsung dikafirkan,” terang Gus Sholeh.

Dia kembali mengingatkan sistem pemerintahan di Indonesia berbeda dengan sistem pemerintahan negara Islam. Indonesia adalah negara demokrasi bebas memilih hak asasi masing-masing warga, dan berbeda kondisinya dengan Arab Saudi. “Indonesia bukan negara khilafah tapi Pancasila dan menganut demokrasi, jadi sah-sah saja tidak ada larangan dan pemaksaan. Kita jangan menjelek-jelekkan orang lain, ini tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah,” ucap Gus Sholeh.

Gus Sholeh melanjutkan bahwa sudah banyak yang dikerjakan oleh Ahok, dari mengatasi kemacetan hingga membersihkan bantaran kali untuk mengurangi kebanjiran. Meskipun, baru 40 persen normalisasi berjalan, maka dibanding dengan sebelumnya beda jauh. Bahkan, Gus Sholeh juga menyebut keberhasilan lainnya yaitu mengenai penutupan prostitusi Kalijodo dan keberhasilan itu diakui oleh warga DKI Jakarta.

“Ini sudah menjadi bukti kecil bagi kita semua, bahwa Ahok-Djarot sedang bekerja keras menata Jakarta untuk menjadi lebih baik. Begitu juga pak Jokowi, beliau sudah memberikan perubahan di Indonesia, membangun infrastruktur mulai dari pinggiran hingga peningkatan kesehatan dan pendidikan. Ingat kita beda boleh tetapi jangan sampai kita terpecah belah, hanya karena beda dalam memilih tali silaturahmi kita putus,” ungkapnya.

Lebih jauh, Gus Sholeh juga menyoroti penyebaran spanduk provokatif, padahal sebelumnya Anies sudah menghimbau kepada pendukungnya untuk tidak memakai cara-cara tersebut, dan gunakan politik santun.

“Himbauan Anies nampaknya tidak di dengar, kayaknya ada orang lebih berkuasa dibanding Anies. Apakah Anies ini hanya boneka saja,” jelasnya.

“Ataukah justru ada kode supaya spanduk makin digencarkan. Padahal sebelumnya dia minta agar spanduk dicopot, bukannya hilang kok malah makin bertambah. cuci tangan atau bagaimana, ini ciri-ciri pemimpin yang tidak cocok pimpin Jakarta,” tandasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *